iklan iwb

460x110(1)

top_lorenzo_ducati_0_0.middle

Bro dan sis sekalian….Jorge Lorenzo bukanlah pembalap bodoh yang melakukan keputusan dengan emosi. Doi sudah mempelajari dengan seksama performa Ducati didua musim kebelakang. Proses verifikasi melahirkan kesimpulan bahwa Ducati sekarang tidak sama dengan dulu. Menurut Crash, beberapa poin turut andil lahirnya keputusan tinggalkan Yamaha. Namun yang tebesar adalah…..Ducati saat ini sudah dipandang sebagai “winning bike” dan itu sudah cukup untuk membuat pendirian Lorenzo goyah…..
Yamaha_MIO-Z_Iwan-Banaran

iklan iwb

440x100 yml rosi

Keputusan Lorenzo meninggalkan Yamaha menurut beberapa analisis lahir dari proses pertimbangan dengan seksama. Tapi yang terbesar adalah motor itu sendiri. Yup….GP16 dipandang sudah menjelma menjadi winning bike yang memiliki potensi besar. Perombakan tim racing secara ekstrim melahirkan senjata yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Dan berikut beberapa faktor yang diduga membuat Lorenzo-pun akhirnya yakin tinggalkan Yamaha….

1. Setelah melakukan restruktur tim pasca ditinggalkan Valentino Rossi, mesin Desmo kini menjelma menjadi motor yang dipandang potensial untuk menang. Hal ini juga diverifikasi oleh Stoner pasca jajal GP16 dimusim ini yang menegaskan potensi sang Desmosedici…

2. Rider Ducati Dovi dan Iannone selalu podium dan mampu tampil didepan. Merujuk dari level keduanya yang tidak termasuk top 4 rider……berarti mesin Desmo memang meningkat sangat pesat….

3. Gigi Dall’Igna datang dari Aprilia dan memegang kendali Ducati racing meyakinkan Jorge atas keputusannya. Mereka berdua juga pernah bekerja sama dikelas 250cc sehingga mengerti betul bagaimana bisa menjadi juara dunia bersama-sama…

4. Menjadi rider yang sukses mempersembahkan juara dunia buat Yamaha dan mengisi terbaik keempat dalam daftar rider all time 500cc/Mogp, Jorge belum mendapatkan perlakukan istimewa sebagai reward atas prestasinya dan cenderung dinomer duakan (asumsi)….

5. Sebuah langkah besar dan akan masuk sejarah ketika doi diusia 28 tahun bisa membawa Ducati juara dunia disaat Rossi tidak mampu melakukannya. Usia yang masih belia memudahkan misi tersebut ketimbang harus menunggu diatas umur 30an….

Lorenzo to ducati

6. Lorenzo ingin membuktikan kepada para haters yang sering mengejeknya dengan piala kejuaran ditim merah

7. Hadirnya persepsi dari Lorenzo bahwa Yamaha lebih mementingkan Vale karena popularitasnya dibanding performanya diblue team

8. Suasana yang tidak lagi nyaman karena friksi makin sengit antar doi dan Rossi. Bertahan hingga dua tahun kedepan seperti ini??. Lupakan mzbro….

9. Tawaran nilai kontrak yang diperkirakan tembus hingga 15 juta Euro…

10. Dalam banyak event besar atau brand ambassador peluncuran produk diseluruh, Yamaha terlalu banyak melibatkan Rossi dibanding dirinya sebagai pemegang mahkota kejuaraan..

Yup…itulah sepuluh analisa kenapa akhirnya Jorge tinggalkan Yamaha. 10 reason yang IWB kumpulkan dari beberapa referensi media luar termasuk Crash. Bahkan dari polling media luar tersebut, 74 % fans Lorenzo juga menyarankan Jorge hengkang dari Yamaha agar lepas dari bayang-bayang Rossi. Dan ternyata 99 melakukannya. Apakah Jorge bakal kesulitan?. Harusnya tidak mzbro. Ducati ditangan Dovi dan Iannone tampil cemerlang. So….seharusnya sang juara dunia bisa tampil lebih baik dari mereka. Sebuah kondisi yang akan sangat menarik dimusim 2017 nanti…..(iwb)

jorge ducati

174 COMMENTS

  1. Tahun kemaren jadi pembuktianya kalu mesin carry ngalahin mesin RCV yg “katanya ” monster

  2. Mau mesin V4 atau I4, masing2 ada plus minusnya.

    Mesin V memiliki keuntungan balancing yg alami & crankshaft yg lebih pendek sehingga lebih minim getaran jika digeber di putaran tinggi.
    Tidak perlu tambahan balancer sehingga rugi2 mesin juga lebih sedikit.
    Ini yg membuat secara umum V4 lbh bertenaga.
    Secara aerodinamika dan distribusi bobot jg lebih baik.
    Kelemahannya cuma satu: pengaturan aliran input bbm & output gas buang lebih rumit alias pernafasan mesinnya lebih rumit.

    Sedangkan mesin inline sebaliknya.
    4 cylinder sejajar membuat mesin berpenampang lebih lebar.
    Secara aerodinamika jelas lebih jelek, begitu juga dg distribusi bobot.
    Belum lagi panjangnya crankshaft menimbulkan getaran berlebih saat digeber diputaran tinggi sehingga dibutuhkan balancer?yg artinya ada rugi2 tambahan.
    Keuntungannya cuma satu: pengaturan pernafasan mesin lebih mudah.

    Bicara produk massal, secara proses manufacturing/perakitan jelas lebih mudah dan cepat I4 daripada V4.
    Tapi kalau bicara mengektrak potensi mesin balap, jelas lebih mudah V4 daripada I4.

    Jadi jelaskan, sebenarnya jauh lebih sulit membangun mesin balap I4 daripada V4? ?

    Itulah kenapa saya tidak setuju dg pendapat matt oaxley yg mengatakan honda selalu memilih jalan sulit?

    • Yamaha bukannya tidak bisa bikin mesin balap V4.
      Jaman Eddie Lawson & Wayne Rainey jaya2nya dulu juga memakai motor Yamaha YZR-500 bermesin V4 2T.

      Tapi saat Dorna mengubah regulasi & beralih ke mesin 4T, Yamaha memilih mengembangkan mesin I4 (inline 4 cylinder).
      Yamaha ingin menjadikan keikutsertaannya di MotoGP sebagai laboratorium berjalan yg bisa diterapkan di produk massal nya.

      Seperti kita ketahui, motor-motor supersport Jepang semuanya bermesin I4.
      V4 umumnya untuk motor2 Jepang di kelas street fighter, supermoto atau cruiser bermodel harley wanna be.

      Jadi bukan masalah mudah, murah, atau karena mana yg unggul.
      Tapi dari pertimbangan kedekatannya pada transfer teknologi ke motor mass production

    • Kalau Yamaha mengembangkan mesin balap V4 di motogp, perlu riset lebih dalam lagi untuk diaplikasikan ke motor I4 mass productionnya.
      Artinya biaya lagi.

      Beda dengan honda yg jauh lebih kaya.
      Mereka punya resource berlebih untuk transfer temuan di V4 ke I4 mass production.
      Walaupun tetap saja butuh waktu lebih lama.

      Sebagai buktinya, tahun lalu Yamaha sudah sukses mentransfer teknologi M1 ke R1.
      Sedangkan sampai sekarang teknologi RCV211, RC212V, & RC213V belum juga sukses ditransfer ke CBR1000.
      Sehingga Honda terpaksa mengeluarkan RC213V versi jalan raya yang diproduksi terbatas untuk mengisi celah keterlambatan transfer teknologi ke CBR1000.

      Sedangkan Ducati mmg sdh identik dg mesin V mass productionnya.
      Tinggal mengurangi 2 cylinder dari V4 racing engine ke V2 mass production.

  3. kalo masih naek motor 150 cc doang mah mending ga usah bacot V engine segala, om. motor yg lu pake palingan 150kmh juga ga tembus

  4. @marquezz kalo masih naek motor 150 cc doang mah mending ga usah bacot V engine segala, om. motor yg lu pake palingan 150kmh juga ga tembus

Comments are closed.