iklan iwb

Iwanbanaran.com – Kangbro….sebagai pemakai jalan dengan dua kendaraan berbeda (motor dan mobil), IWB lumayan terkejut ketika perluasan pembatasan motor mulai merambah ke Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Aturan yang sebenarnya bertujuan positif namun terkesan kurang peka dengan kondisi jalanan. Lhoo koq iso??…

Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) merekomendasikan perluasan?area pembatasan sepeda motor yang tidak hanya di Jakarta. Di Ibukota sendiri jalan Rasuna Said serta Sudirman sudah bukan hal baru. Namun ketika BPJT sudah mulai melebarkan kebijakan diluar Jakarta, inilah yang cukup menggelitik untuk dibahas. Kenapa?…

Sebab motor menjadi tumpuan bagi masyarakat sekitar karena dianggap cepat dan efisien di dikota-kota tersebut. Dan kalau boleh jujur, biang kemacetan sebenarnya condong diakibatkan kendaraan roda 4. IWB harus akui itu. Dilalah selalu saja motor dijadikan kambing hitam. Yang kedua….dibeberapa jalan yang direkomendasikan pembatasan sepeda motor seperti Jalan Padjajaran di Bogor; Jalan Margonda di Depok….

iklan iwb

Jalan Sudirman di Tangerang; Jalan Juanda dan Jalan Raya Serpong di Tangerang Selatan….serta Jalan Ahmad Yani di Bekasi merupakan kantong jalan utama yang banyak dihiasi angkutan umum dengan kondisi lumayan memprihatinkan. Selain minim keamanan penumpang, kondisi kendaraan juga jauh dari kata nyaman. Monggo wae disurvei kalau nggak percaya. Belum lagi jalanan yang belum terjangkau oleh angkutan umum. Praktis dari rumah untuk berangkat kerja berarti kita harus mengeluarkan biaya tambahan cari tukang ojek. Terbayang kangbro beban makin berat…..

Lebih baik pemerintah membenahi angkutan umum secara serius terlebih dahulu ketimbang langsung melarang tanpa solusi jitu. IWB sih santai wae cak….paling secara pribadi yang biasanya nunggang motor akan beralih ke mobil, selesai to. Dan IWB yakin ribuan orang diluar sana akan berpikiran sama. Opo ora makin semrawut. Ingat…biker rata-rata juga memiliki mobil. Kenapa kita lebih demen motor saat keluar??…

Sebab motor terasa lebih efisien, mengurangi macet karena bisa nyelip kiri kanan dan juga irit BBM. Lawong seliter bisa 40km. Sedang mobil?. Selain memakan jalan, komsumsi BBM lumayan rakus 1 : 10 average membuatnya jauh dari kata efisien. Dan yang paling IWB ngeri jika saja dengan keputusan membuat biker berpaling memborong mobil. Nahhh….opo ora makin suwek jal…

Intip wae mobil murah yang bertebaran dijalanan. Dengan DP 15 juta sampeyan sudah bisa boyong mobil….makin sesak wis jalan. Uniknya, motor terkesan seperti ingin dibuang tapi disisi lain kebijakan mobil murah berlabel LCGC diperkendor aman melenggang. Kebijakan yang mendukung proses komsumtif masyarakat yang ingin meminang mobil. Kendaraan yang notabene menyumbang kemacetan terbesar. So…harus ada kajian ulang pelarangan kendaraan bermotor. Angkutan umum layak siap?. Monggo kalo sudah ada. IWB sendiri pernah jajal naik kereta cak, jumlah penumpangnya buanyaakk bener. Sudah penuh, terus dipaksa diiisi sehingga didalam kayak ikan pindang. Alhasil IWB hanya bisa gerakin kepala karena tanganpun nggak mampu bergerak akibat terhimpit penumpang lain. Coba bayangin wae situasinya…

IWB bertahan cuma seminggu sebelum akhirnya balik lagi nunggang motor. Remek tenan cak…asli. Lho…ini fakta pakde. Makanya sebelum memutuskan alangkah baiknya baiknya disurvei mendalam. Bapak-bapak terhormat bisa ngetes selama sebulan…nunggang motor, angkutan umum dan kendaraan pribadi bergantian…lalu bandingkan mana yang paling bebas macet, baru menyimpulkan. Harus bener-bener terjun langsung dan merasakan. Justru IWB takut mereka yang mengkambing hitamkan motor memang nggak pernah naik motor sehingga kurang paham kondisi jalan sesungguhnya. Termasuk naik angkot. Sopir sering ugal-ugalan serta ngetem sembarangan. Jangan harap bisa tepat waktu. Karena sopir ora perduli sampeyan buru-buru atau nggak. Kalau complaint jawabannya..“jangan naik angkot bang kalau mau cepet naik taxi aja…” jederrrrrrr lelah tenan….

Last…..Pemprov DKI Jakarta dipastikan menambah pelarangan sepeda motor dari Bundaran HI hingga Bundaran Senayan dari sebelumnya Rasuna Said serta Sudirman. Selain itu Dinas Perhubungan Jabodetabek juga akan memberikan surat pada seluruh pemda untuk juga memberlakukan pelarangan dimasing-masing wilayah.?”Kami akan terus sosialisikan ke setiap daerah Jabodetabek agar pembatasan sepeda motor ini bisa dilakukan. Kami akan kirim surat ke masing-masing kepala daerahnya,” ujar Kepala BPTJ Bambang Prihartono via Kompas. IWB sih setuju aja asal angkutan umum dibenahi secara serius. Pertanyaannya…wis dilakukan belum ??……. (iwb)

122 COMMENTS

  1. hmmm…Ane punya saran, gimana kalo para blogger roda dua dan para media otomotif nasional pada saling menggerakkan para biker untuk bisa menyuarakan aspirasi dengan baik dan benar.

    Syukur2 perwakilan bikers (dalam hal ini blogger roda dua maupun media otomotif) bisa diterima oleh para pejabat tinggi yang (katanya) terhormat, sehingga bisa ada saling tukar pendapat, diskusi, dan menyuarakan aspirasi para bikers.

    Soalnya percuma juga kalo komen panjang lebar ngeluh ini lah ngeluh itu lah tapi hanya di kolom komentar. “SUARA” kita para biker tidak akan sampai ke telinga para pejabat tinggi tersebut. Harus ada “AKSI NYATA” yang benar2 digerakkan agar terjadi perubahan. Tak akan ada perubahan kalo kita hanya jinak2 merpati.

    Tapi….yaaahhh….ane yakin BANYAK BIKER yang bisanya hanya mengeluh saja, curhat panjang lebar diberbagai kolom komentar. Mau ada perubahan yang lebih baik tapi cenderung enggan untuk “BERGERAK” agar suaranya bisa sampai ke pejabat2 yang berwenang. Lebih enak curcol di dunia maya, tinggal duduk manis atau sambil bobo2 cantik lalu ketik deh curcolnya.

    Karena itu, ane saran sama Mas Iwan untuk tolong mengumpulkan rekan2 blogger roda dua kondang lainnya, lalu ajak juga rekan2 media resmi roda dua agar bisa mengumpulkan massa agar bisa menyuarakan aspirasi dan mungkin uneg2 dari pada biker.

    Dan untuk para biker, YUK mari kita lebih tertib lagi dalam berkendara. Usahakan untuk tidak lewat trotoar, lewatlah jalur yang searah, srobat srobot mohon dikurangkanlah, tunggu sampai lampu lalu lintas jadi hijau baru jalan, berhenti di belakang garis putih ketika ada persimpangan lampu lalu lintas. Mereka berencana membuat peraturan begitu, tentunya ada penyebabnya. Marilah kita mulai introspeksi dari diri kita dulu, sudahkah kita tertib berlalu lintas? Kalo sudah, mari kita saling mengingatkan para biker yang mungkin lupa untuk tertib berlalu lintas. Jadi, kita jangan sampai serta merta menyalahkan mereka yang membuat peraturan karena mereka juga tidak bisa dibilang salah 100%. Bisa saja ada perbuatan kita yang tanpa kita sadari, “mendorong” mereka untuk membuat peraturan seperti itu.

  2. Ane punya saran, gimana kalo para blogger roda dua dan para media otomotif nasional pada saling menggerakkan para biker untuk bisa menyuarakan aspirasi dengan baik dan benar.

    Syukur2 perwakilan bikers (dalam hal ini blogger roda dua maupun media otomotif) bisa diterima oleh para pejabat tinggi yang (katanya) terhormat, sehingga bisa ada saling tukar pendapat, diskusi, dan menyuarakan aspirasi para bikers.

    Soalnya percuma juga kalo komen panjang lebar ngeluh ini lah ngeluh itu lah tapi hanya di kolom komentar. “SUARA” kita para biker tidak akan sampai ke telinga para pejabat tinggi tersebut. Harus ada “AKSI NYATA” yang benar2 digerakkan agar terjadi perubahan. Tak akan ada perubahan kalo kita hanya jinak2 merpati.

    Tapi….yaaahhh….ane yakin BANYAK BIKER yang bisanya hanya mengeluh saja, curhat panjang lebar diberbagai kolom komentar. Mau ada perubahan yang lebih baik tapi cenderung enggan untuk “BERGERAK” agar suaranya bisa sampai ke pejabat2 yang berwenang. Lebih enak curcol di dunia maya, tinggal duduk manis atau sambil bobo2 cantik lalu ketik deh curcolnya.

    Karena itu, ane saran sama Mas Iwan untuk tolong mengumpulkan rekan2 blogger roda dua kondang lainnya, lalu ajak juga rekan2 media resmi roda dua agar bisa mengumpulkan massa agar bisa menyuarakan aspirasi dan mungkin uneg2 dari pada biker.

    Dan untuk para biker, YUK mari kita lebih tertib lagi dalam berkendara. Usahakan untuk tidak lewat trotoar, lewatlah jalur yang searah, srobat srobot mohon dikurangkanlah, tunggu sampai lampu lalu lintas jadi hijau baru jalan, berhenti di belakang garis putih ketika ada persimpangan lampu lalu lintas. Mereka berencana membuat peraturan begitu, tentunya ada penyebabnya. Marilah kita mulai introspeksi dari diri kita dulu, sudahkah kita tertib berlalu lintas? Kalo sudah, mari kita saling mengingatkan para biker yang mungkin lupa untuk tertib berlalu lintas. Jadi, kita jangan sampai serta merta menyalahkan mereka yang membuat peraturan karena mereka juga tidak bisa dibilang salah 100%. Bisa saja ada perbuatan kita yang tanpa kita sadari, “mendorong” mereka untuk membuat peraturan seperti itu.

    Yuk Mari bergerak.

  3. Disinyalir karena mobil lebih tertib kalau macet daripada motor, makanya mobil lebih dibela.
    Ironi diatas ironi ???
    Sebagai biker non jabodetabek, ane hanya bisa ngelus dada..

  4. Ga masalah dilarang bermotor , mobil pun ada
    Cuma yg sangat disayangkan adlh peraturannya itu hanya mementingkan kaum berada aja , kan kasian toh para ojekers yg mencari nafkah makin sempit daerahnya

  5. Ane bisa saja pakai mobil. Ke kantorpun pakai jemputan. Masalahnya banyak yang usaha (terutama UMK) dengan menggunakan motor. Di Bogor banyak perusahaan ekspedisi, katering, service elektronik, laundry dll yang menggunakan motor untuk operasional. Yang mengusulkan larangan tidak melihat dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan. Siap-siap aja pengangguran bertambah.

  6. Motor dilarang..mobil murah datang..semua pake mobil..apa g parah jadinya..sy ykin bnyk 1 mbil 1 org dibnding..2/3/4 org dlm 1 mobil.

  7. Jgn takut bersuara kang..

    Masa hanya krn ga setuju sm kebijakan pemerintah ttg pelarangan roda 2 warung ini diblokirr..

    Dzolim iku pemerintah kang…

    Maju kang..

  8. Kang Iwan, menurut saya pelarangan kendaraan roda dua bukan karena jumlah, atau ukurannya kang. Iya betul sekali kalo roda dua jauh lebih efisien membelah jalanan ibukota yg memang kodratnya macet. Jumlah roda dua yg banyak juga sebenarnya bukan suatu penyebab utama kemacetan.
    Menurut saya kenapa roda dua jadi seperti terdiskriminasi? Karena harus diakui kang, mental pengendara roda dua masih jauh dibawah standar ibukota kang, alias masih ndeso gitu. Kang Iwan pasti paham betul, kalau kenyataannya memang saat macet biangnya adalah roda dua. Roda dua sering kali ga sabaran dan makanin lajur untuk kendaraan lawan arah, lalu sering tidak sabar menghadapi rambu lalu lintas, kemudian sulit sekali diatur kang kalo sudah macet total. Mereka hanya bisa klakson saja, padahal yg bikin macet ya mereka.

    Jadi intinya, bukan masalah jumlah maupun ukuran. Mobil jauh lebih besar, tapi sebagian besar punya mental lebih sabar kang, yah walaupun ada juga yg tetap ndesoo.

  9. setuju nih betul harus mereka coba dulu, sebagai pengendara motor maupun mobil ane lbih suka motor karena :
    1. lbih cepet bs nyelip2
    2. bensin lbih efisien (jauh)
    3. parkir pun relatif mudah , kl mobil harus tmptny ckup ,kalo smbarangan bs menghalangi jalan

    Mgkn motor dilarang karena kurang tertibnya pengendara motor yang lbih “terlihat” seperti lewat trotoar, motong2 jalan sesuka hati, belok/muter tidak pada tempatnya, blm lagi kl jam2 padat bs menyemut tanpa ada yg mw mengalah. Tapi ya tidak bisa dipungkiri, efisiensi bermotor itu top..

  10. Seharusnya angkutan umum dibawah pemerintah, bukan swasta.
    Kalau angkutan umum dibawah pemerintah tinggal ditertibkan dan di subsidi agar tarifnya free. Buat jalur khusus angkutan umum. Saya jamin angkutan umum jadi primadona lagi.

  11. harusnya motor gak perlu dilarang, ukuran motor itu kecil, beda dengan mobil boros tempat jika dinaiki supir saja

  12. Setuju ga setuju tetep saja peraturanya cuman buat yg punya mobil. Biker tetap saja jadi kambing hitam yg di salahkan.

  13. Dagelan everywhere kwkwkwwkwkw, lihat aja 10 bulan kedepan kbijakan itu psti, malah tambah macet akibat banyak mobil kaleng isi cuma 1 orang

  14. Kalo pelarangan MTR diperluas di jln protokol maka rasa keadilan terhadap masyarakat TDK ada Krn pengguna MTR dan mobil jg sama sama bayar pajak, terus kpn dong bisa nikmati Hasil.bngunan…

  15. Maaf akhirnya tergelitik utk komentar biasanya silent reader doang
    Saia punya ide cemerlang…
    Bagi smua pemakai mobil dilarang isinya cuma satu ekor sopir aja, jd minimal harus 3-4 orang dalam 1 mobil dan berlaku dismua jalan terkecuali angkutan umum..
    Nah baru adil.. jangan cuma pemotor aja yg babak belur ditendang kesana kemari… Gimana pemerintah??

  16. turut mengheningkan cipta buat bikers bodetabek pak de, gagal paham jalan pikiran yang buat perpu, ra mikir sing golek rejeki dengan mengandalkan motor dan yang ra mampu beli mobil. Bikin aturan kok ra dibarengi solusi. Wiss mugo suroboyo ra ketularan aturan gaje koyo kae ?

  17. Ini namanya gegara nila setitik rusak susu sebelanga,akibat sebagian pengguna motor yg gak tau aturan slonong sana slonong sini yg lain jadi kena imbasnya,jika mau jujur saat ini pengguna motor sdh sangat membahayakan dan memprihatinkan kelakuannya.

  18. Ingat!!
    Pasal yg berlaku kan spt ini..
    1.bos tdk pernah salah
    2.kalau bos salah, balik ke pasal 1
    Spt kehidupan di negara kita ini

  19. ?jangan naik angkot bang kalau mau cepet naik taxi aja??

    Doa supir angkot terkabulkan, kini hadir Taxi online, murah, cepat

  20. Biang macet ya para pelanggar pengguna jalan yg ga pernah mau mengalah dan cuma mementingkan diri sendiri, mau roda dua atau roda 4 sama ajaa..

  21. Sebenarnya salah satu kunci yang bisa dipakai ya tilang elektronik. Maaf-maaf saja, kemacetan biasanya terjadi karena budaya antri di sini kurang dikedepankan, saling potong menjadi hal yang wajar. Saya yakin jika tilang elektronik dijalankan tanpa pandang bulu, lambat laun juga akan tertib (sekaligus memberangus budaya suap ke “Petugas jalanan”).

Comments are closed.