Iwanbanaran.com – Cakkkkk….anak yang berbakti adalah anak yang selalu menyempatkan diri untuk sowan ke orang tua, iyo oraaaa. Jadi bagaimanapun kondisinya sampeyan ojo sampe lali karo wong tuwo dan IMHO itu wajib hukumnya. Makanya walau IWB sudah memiliki KTP Ibukota, sebisa mungkin selalu menyempatkan diri untuk mudik ke kampung halaman IWB yakni Jawa Timur. Yup….IWB mudik ke Jatim, warung autopilot cakkkk !!!

Ketika artikel ini rilis, IWB mungkin sedang melaju menyusuri pantura menuju ke Jatim cak. Judule pokoke kita refreshing merasakan angin dan hawa desa. Jiannn nikmat suitttt-suitt tenan soale. Betul kangbro….kendati IWB sudah tinggal diibukota sejak 1999, rasanya sulit lepas dari suasana desa. Hawa yang segar jauh dari hiruk pikuk…..orang-orang yang ramah masih menjunjung tinggi toto kromo dan makanan yang super juozzz menjadi faktor magis tak terbantahkan. Lek boso enakeeee….koyok pelet cak. Kangen tenan kalau nggak mudik minimal 3 bulan sekali…..

Walaupun porsi urip IWB sekarang mayoritas di ibukota (sudah tinggal 22 tahun), sedang di Kota Tulungagung hanya sampai usia 18 tahun karena setelah itu sempat merantau ke Surabaya dan Bali…darah ndeso ini ora iso dicabut cak. Ditambah ibu negara juga berasal dari Jawa Timur…wissss klop tenan mengingat komunikasi sehari-hari dirumah pakai boso Jowo. Makanya banyak yang komen…cak IWB hidup lama di Jakarta kok masih medhok aja nehhh….ujar mereka. Jawaban IWB singkat…..ben bah-bahno, IWB justru bangga lidah ini masih mengalir darah kampung halaman. Kalau nggak pasti IWB sudah pakai boso…loeeeee…gueeee….duhhh, kok ora klop di ati yo cak wkwkwwkk….

iklan iwb

” Nginep dulu di Surabaya….lanjut nanti ke Jember…”

Bukannya IWB mengecilkan ibu kota, sempat pertama kali IWB tiba di Jakarta tahun 1999 dan ngontrak didaerah Tanah Abang Karet Tengsin Jakpus dibikin kecewa. Maksude ? jadi gini cak…..terbawa unggah-ungguh kampung halaman, IWB melewati gang kecil yang cukup sempat. Dilalah disana nongkrong beberapa pemuda…ada yang jongkok dibawah dan ada juga yang duduk ditembok kecil. Sebagai orang yang dibesarkan dilingkungan dengan tata krama ketat, IWB spontan langsung setengah nunduk sambil? membungkukkan badan melintas didepan mereka dan mengucapkan salam…” Maaf permisi mz...” seru IWB saat itu. Disitulah IWB terkejut dengan responnya…

Mayoritas hanya nyengir memandang aneh ke IWB. Ada juga yang tersenyum kayak ngejek…..asyemmmm !! itu benar-benar terngiang-ngiang didepan mata IWB sampai sekarang cak padahal kejadian udah 1999 lalu. Yup…..IWB baru sadar tata krama atau kesopanan bagi banyak orang di ibukota malah dipandang aneh. sejak saat itu IWB nggak pernah lagi melakukannya dan hanya mengaplikasi ketika bertemu dilingkungan yang mendukung untuk itu. Padahal kalau dikampung halaman sampeyan seenak udele cuek lewat didepan orang lebih tua tanpa permisi justru jadi bahan perbincangan…” itu anaknya siapa sih, nggak punya sopan-santun…” salah satu contoh komen yang sangat kita hindari. Yup…itulah perbedaan desa dan kota….

” Bersama ibu negara menikmati suasana sawah…..”

Banyak hal positif di kota besar namun juga banyak negatifnya jika kita tidak selektif dalam bertindak. So…IWB sendiri berusaha keras untuk menanamkan sopan santun kampung pada buah hati walau sulitnya minta ampun. Lingkungan cak…ngaruh banget. Makanya dengan sering mengajak Ibam dan Afa kekampung halaman membuat mereka tersadar bahwa sopan santun itu simpel namun sangat penting. “ Ihhhh, kalau disini semua sopan ya pi. Petugas pom bensin saja bisa sopan banget begitu…” celetuk Afa. Nahhh iyo to…jebule mereka juga merasakan tounchingnya…..

Last….rute IWB nanti akan bergerak dari Jakarta ke Surabaya. Disana rencana menginap sehari baru lanjut ke Jember (kampung halaman Ibu negara). Baru dari sana setelah 3 hari IWB akan lanjutkan ke Tulungagung…pokoke gazz puolll cak. So…bisa jadi warung akan sedikit tersendat selama 10 hari karena sinyal byar pet disana cak. Mohon dimaklumi namun tenang….IWB akan tetap berusaha keras memberikan update kesampeyan semua jika bisa. Salam dari Pantura juozz gandozzzz !!! (iwb)

 

40 COMMENTS

  1. Jangan ngebut2 Lek….cukup maksimal 117 kmh saja , karena diangka tsb… Yang lain dah bisa diintip saja lewat spion
    Mueeeehehehehehe ?

  2. Ke tiga Kontributor IWB kemana cak ? Menghilang begitu saja akhir akhir ini artikel yang di rilis karya iwb terus,salam wong pekalongan

  3. Bojoku wes kangen banget mulih Tanggul cak, tahun lalu juga mjd lebaran pertama tdk mudik

  4. Wah …. Pinter lek iwebe..
    Karna tau nanti pada saat lebaran dilarang mudik.. jadi dimajukan saiki mudik.e.. joss gamdoss samoyan lek..???

  5. Setuju sekali ini,sopan santun tata krama harus tetap di lestarikan dimanapun berada terlebih ke anak cucu,dimana bumi di pijak di situ langit di junjung prinsip orang jawa kalo merantao,makannya bisa di terima n hidup di mana saja.Joss lah.

  6. Sami lek, aku juga persis kaya njenengan waktu ngelewatin pemuda tanggung.. eh responnya malah diberhentiin + bilang kalau ga mau dipanggil mas, maunya bang sekaligus bilang klo sebutan dirinya itu ‘Mbek’ ? nyengir doang dh sambil mbatin, dasar wedhus wkwk

  7. Ati ati dijalan mas iwb semoga sampe ditujuan dan balik lagi ke jakarta dgn selamat dan bisa berkumpul dgn kluarga besarnya lagi…
    Mobile ono sunroof pe kui mobile mitsubishi opo je?? Maklum ak wong ndeso

  8. lho, si merah gak dipake mudik lagi lek? padahal irit polll, compact enak buat selap selip tapi suspensi agak keras sih

    gegara tulisan lek iwan yang mudik pake mazda2, saya akhirnya ambil mazda2 2nd dan coba mudik ke sala3 tahun lalu sudah 2x.. emank maknyos sih bensin boleh dibandingin sama calya sigra (iritnya pake banget)

  9. Lek wes teko Tulungagung..Ojo lali mampir mah Ku kang Iwan omah ku. Tak enteni..omah ku Sumbergempol

  10. Yoooongalaaah cah Tulungagung tooh tibake njenengan kiiii, salam BTA yoo kang sukses selalu…
    Cah ringinpitu

Comments are closed.