Iwanbanaran.com – Pakdeee…..sebagai Blogger yang berkecimpung diroda dua, IWB melihat banyak komen salah kaprah yang dilontarkan para komentator tentang balap sirkuit. Bahkan hanya karena itu debatpun seperti berseri dan tidak ada habisnya. Asal muasal adalah opini bahwa Kawasaki H2 bakal menjadi raja jika terjun diajang Motogp karena powernya yang tembus 300-an HP. Dengan supercharger yang dimiliki IWB cukup maklum jika ada opini demikian. Tapi balap tidak sesimpel itu.?Kunci kemenangan balap disirkuit adalah power?. Salah kaprah dan harus IWB luruskan cak !
Power mutlak…tapi kuwi untuk ajang balap drag race cak. Sementara kalau kita sudah membicarakan mengenai balap sirkuit yang banyak memiliki tikungan-tikungan bervariasi tentu saja power bukan segalanya. Akan tetapi motor yang memiliki balance terbaik lah yang bakal menjadi raja.?Ducati adalah raja soal power di Motogp. Tapi mereka memiliki porsi yang paling sedikit soal koleksi juara dunia. Overpower juga menjadi buah simalakama jika tidak di manage dengan baik…
Intip saja bagaimana Honda akhirnya menyerah dengan membuang tipe mesin RC213V Screamer dan diganti dengan Bigbang yang dianggap lebih jinak. Termasuk pabrikan Austria yakni KTM yang pada akhirnya juga mengikuti langkah Honda. Yamaha pada sejarahnya juga sempat menggunakan mesin Screamer sebelum Valentino Rossi memilih mesin yang lembut dan less power diawal kiprahnya di Motogp 990cc…
Kemampuan berbelok adalah mutlak lagi motor balap sirkuit.?Hal ini IWB buktikan sendiri ketika ngetes MV Agusta F4 di Sirkuit Sentul Bogor. Pertama kali megang motor 1000cc racikan Italia ini IWB gembira.?Dengan mesin 4 silinder 1000cc… bayangan pribadi, teman-teman blogger lain bakal jauh IWB tinggalkan. Kebetulan Vandra monkeymotoblog pada saat itu turun menggunakan MV Agusta brutale yang notabene memiliki kubikasi sekitar 675 3 silinder….
Ternyata apa yang IWB pikirkan meleset. Dengan bobot lebih berat dan ledakan tenaga jauh lebih beringas memaksa IWB masuk tikungan dengan extra effort.?Kemampuan berbelok juga lebih inferior sehingga IWB harus rebah ekstrim untuk mendapatkan momentum yang pas pada saat masuk tikungan. Ediannn cak….bener-bener susah pakde. Dan saat IWB bergulat melawan motor, Vandra dengan Brutalenya melenggang overtake IWB dengan santai…
Untung, kurangnya kemampuan berbelok dikompensasi tenaga besar sehingga menuju ke Straight IWB bisa kembali mendekat. Namun kembali ketika masuk tikungan IWB harus mengerem lebih jauh dibandingkan Vandra. Speed lebih tinggi, bobot lebih berat dan wheelbase panjang? benar-benar menguras tenaga. Akhirnya IWB menyerah. Vandra pelan namun pasti mulai menjauh karena IWB kelelahan. Jelas sudah… dalam sebuah sirkuit power bukanlah segalanya….
Kecuali sampeyan membicarakan mengenai drag race. Ajang kompetisi yang murni mengeksplorasi kemampuan mesin…kuwi baru tepat cak. Jadi jangan disama ratakan atau dicampur aduk biar nggak salah kaprah. Contoh diatas hanya ingin meluruskan opini yang selalu mengatakan power besar pasti menang di ajang balap sirkuit. Itulah kenapa Kawasaki fokus pada Ninja ZX-10RR untuk turun di WSBK bukan Ninja H2…..
Selain terbentur regulasi, keduanya memang beda konsep. Yang satu adalah keseimbangan total sementara satunya adalah motor dengan performa kencang lewat supercharger. Power sangat penting namun tidak mutlak. Dan jika ada yang memiliki opini motor menang di sirkuit berarti power paling besar juga tidak benar. Namun lebih kepada balance terbaik, handling…power dan braking paling mantap. Kira-kira demikian. Jadi ngono yo cak kiro-kiro. Wissss ora udah cucuk-cucukan pakdeeee ….(iwb)
ngesir foto-fotone Kang.
Keren banget….
motore yo ganteng pisan, klop!
Kalo lemot gimana mau dpt pole position?
“Horsepower sells cars, torque wins races”.
Enzo Ferrari quote ya bro …
Juozz …
Ekekekk
Jajal komen aqu mas e