Iwanbanaran.com – Kangbro…kisah urip tuh nggak ada yang nyangka sama sekali. Semua sudah diatur oleh sang khalik. Termasuk IWB yang sebelumnya sama sekali tidak ada cita-cita hidup di?Jakarta. Wiss to….judule mung manut dalane urip cak. Ngikutin alur hingga IWB terdampar di Jakarta pada tahun 1999. Sebuah kisah pribadi yang akhirnya membuka mata bahwa ibukota ternyata tidak seindah dilayar TV. Mumet…asli ngelu kepala IWB saat pertama kali kaki mendarat di Jakarta. Lhoo…emange nyapo??…

IWB lahir dikota kecil…..sebuah kota diujung Selatan Jawa Timur. IWB sendiri sejak kecil dididik mandiri…..bahkan mungkin cenderung keras karena IWB ngikut kakek yang merupakan jebolan militer AD. Jadi pakde….sampeyan naruh sepatu sembarangan pulang sekolah bisa diomelin habis. Disiplin judule….harus disiplin. Kadang suka kesel sendiri sih..”oalahhh…masalah sepatu wae koq geger..” demikian batin?IWB kecil. Tapi….seiring waktu berjalan IWB sadar didikan tersebut ternyata sangat bagus saat IWB sudah mulai merantau ke Surabaya….

Gagal menjalani tes Akabri….Ditahun 1996, IWB langsung kabur ke Surabaya. Kota bonek ini menjadi tempat ideal bagi IWB untuk menempa mental melihat dunia luar. Ediann cak…..kotanya puanassss puol. Sampeyan kalau tidur di Surabaya tanpa kipas ora mungkin bisa tidur. Lawong bantal wae hangat rasanya. Di Surabaya IWB ngekos didaerah Menur Pumpungan Bratang. Direntang itu IWB kenal semua orang dari segala lapisan. Mulai dari karakter priyayi sampai kutu kupret. Senggol bacok…kasarnya demikian. IWB tahun itu ambil?kuliah jurusan perhotelan dan sempat menjadi tim di hotel Weta (Genteng Kali) serta Radisson Hotel (Belakang delta Plaza Surabaya). Dari sana keinginan untuk kembali jajal ngetes Akabri pun buyar….

iklan iwb

Kerusuhan 1998 menghapus keinginan orang tua untuk tetap lanjut ke Akabri. Maklum cak……keluarga?memiliki rekam jejak militer sangat kuat khususnya dari kakek yang mantan pejuang 45. Maksude cucunya biar bisa melanjutkan history keluarga sebagai militer. Untunglah kakak sepupu sudah sukses kesana sehingga pressure pada IWB tidak terlalu kuat. Keputusanpun akhirnya tiba bahwa IWB tidak mau ke Akabri dan lebih memilih didunia perhotelan. Selama hampir 2 tahun di Surabaya…IWB tertarik untuk mengadu nasib ke pulau Dewata Bali ditahun 1998. Setelah lama tenggelam, darah cinta roda duapun kembali njengat disini….

Kalau tidak salah IWB mendarat dipulau Bali kisaran 1998. Bungah rekk….asli IWB bener-bener seneng waktu itu. Piye ora seneng…soala di Bali sampeyan sewaktu-waktu bisa melipir kepantai. Lelah kerja…langsung merapat kepantai. Di pulau dewata IWB sempat ngekos di Jimbaran. IWB masih ingat…kos-kosan tersebut dekat dengan lapangan tempat ngaben. Jimbaran saat itu masih cukup lengang. Kalau malam cak….sontoloyo bikin paranoid karena banyak gagak berkeliaran dimalam hari. “Kakkkkkk…kakkkk” suara sayup memecah heningnya malam. Werkudoro gatot koco tenan kalau sudah begitu mending IWB langsung masuk kamar. Hawane ora enak blas pakdeeee…..(bersambung-IWB)

75 COMMENTS

  1. Ancen Profesi tidak bisa serta merta menurun yo lek. Saya sendiri agak terbebani dengan Profesi Alm. Ayah yang seorang guru, meski ibu tidak menuntut saya bisa jadi seperti beliau. Lha wong aku ngomong wae kesandung lidahe lek. Akhire sekarang ya meski kuliah jurusan Pendidikan tetep wae kurang sreg sama profesi guru.
    Numpang curhat, hehehhee

Comments are closed.