Bro dan sis sekalian…cukup menarik IWB membaca analisa dan urun rembug pengunjung warung yang tertarik atas ulasan artikel mengenai Gixxer150. Bro Gorga secara lugas memberikan opini karakter Suzuki Jepang yang masih konservatif. Dan dari sekian penjabaran…..doi yakin akan angat sulit bagi SIS memenuhi permintaan agar Gixxer 150 bisa dibanderol 17-18jutaan. Kenapa??. Berikut penuturan doi…..
Pakdhe IWB,
Saya tertarik mengomentari artikel Pakdhe berikut: https://iwanbanaran.com/2014/02/21/para-dealer-mendesak-agar-suzuki-menjual-gixxer-150-dikisaran-17-18-jutaan/
Sepertinya emang ada unsur yang Pakdhe sebutkan bahwa manajemen pusat Indomobil kurang memihak dealer. Tapi menurut saya gak cuma itu saja faktornya. Sejak tertarik dengan Suzuki Inazuma alias GSR250 bin GW250, saya banyak melakukan research atas brand Suzuki, mulai dari dealer sampai karakter industri mereka. Hasil pengamatan saya, sepertinya mereka lebih suka berpikir secara global dan konservatif. Jadi situasi Suzuki Indonesia sekarang ini bisa dibilang karena mereka menganalisa market kita belum siap dimasuki produk mereka yg level internasional. Bukan sekedar daya beli lho, karena saya yakin kalau daya beli kita termasuk kuat. Tiap kali demo buruh saja selalu ada demonstran yang bawa Ninja 250R, hehehe…
Tapi coba perhatikan contoh ini. Di market USA, Inazuma dijual dengan harga $3,999 atau sekitar Rp45jt. Mirip banget dengan harga di Indonesia kan? Ini karena USA hampir tidak menerapkan kebijakan proteksi sama sekali terhadap produk impor. Sementara Indonesia menerapkan regulasi ketat berupa pajak impor dan pajak barang mewah dengan tarif tinggi, kecuali atas negara-negara yang sudah mempunyai perjanjian kerjasama dagang dengan Indonesia, dalam hal ini ASEAN-China Free Trade Area. Itulah sebabnya kenapa harga jual Inazuma bisa ditekan sampai selevel dengan harga di pasar USA dan Eropa.
Di wilayah Asia, produk roda dua Suzuki kebanyakan diproduksi di China, India, Thailand. Tapi untuk produk segmen menengah ke atas (>150cc), hampir semua masih diproduksi langsung di Jepang. Sementara kita tidak punya kerjasama Free Trade Area dengan Jepang, sehingga produk impor dari sana terkena dampak regulasi penuh dari pemerintah. Singkat kata jadilah dia kemahalan (suatu tolok ukur yang sebetulnya subjektif).
Selama Suzuki tidak memproduksi motor >150cc di zona Free Trade dengan Indonesia, atau selama kebijakan pemerintah mengenai Free Trade tidak berubah, maka sulit bagi Suzuki untuk bisa kompetitif di Indonesia. Padahal di kelas dunia produk >150cc mereka merajai pasar, hal yang saya yakin Pakdhe sudah tahu, dan Suzuki tampak lebih mengandalkan pasar dunia daripada Asia, makanya saya bilang mereka lebih berpikir global bukan regional.?
Lalu apa kaitannya dengan Gixxer? Gixxer 150 ini adalah motor produksi India. Setahu saya kerjasama Free Trade dengan India sudah ada, tapi ketentuan Pemerintah atas impor barang dari India tidak seringan atas impor dari negara ASEAN. Walaupun tetap lebih ringan dari CBU Jepang. Jika jadi dimasukkan ke sini maka saya rasa sulit untuk bisa dijual di level 17-18 juta kecuali ada pemangkasan spesifikasi atau subsidi alias jual rugi di awal. Sedangkan Byson dan V-Ixion saja dijual di angka 20 juta lebih. Jangankan Indonesia, India sendiri mengeluh ketika tahu Inazuma harganya di level 40 jutaan, mereka tadinya berharap bisa sedikit saja di atas motor-motor seperti Tiger/Hornet atau Scorpio supaya persaingan tambah ketat.
Saya juga kurang setuju atas banyak komentar yang bilang Suzuki di USA sudah bangkrut. Itu salah persepsi, karena yang ditutup hanya divisi roda empat. Sedangkan roda dua malah makin berjaya dengan kakak-beradik V-Strom, GSX-R alias Gixxer betulan dan lain-lain. Malah, kalau di sini ada image bahwa anak gaul naiknya Ninja, di sana itu image yang sama berlaku bagi GSX-R 600: harga terjangkau, tampilan dapet, performa dapet. Sudah segitu pun GSX-R 600 tetap dipandang motor pemula karena displacement di bawah 1000cc!
Memang Suzuki sebaiknya harus bisa meniru Kawasaki yang bisa mendatangkan produk unggulan dari Thailand. Entah beneran diproduksi di sana atau hanya dirakit saja, saya tidak tahu. Tapi yang pasti aturan bagi CBU Thailand beda banget. Bayangkan Versys 650 bisa dijual di angka 118 juta sementara Suzuki sudah kasih ancer-ancer 150an untuk V-Strom 650, lalu ZX14R 300 pas dibanding Hayabusa (kalah power pula) 350 lebih!
Lalu kalau argumennya diganti, bahwa Suzuki sebaiknya bikin pabrik motor >150cc di sini untuk menekan harga, saya yakin Suzuki bakal mikir 1000 kali. Mulai dari stabilitas politik, regulasi ketat, karakter buruh Indonesia, upah minimum yang tinggi, itu semua pasti bikin pusing orang Jepang hehehe… Makanya saya cukup kaget ketika tahu mereka sudah bikin pabrik khusus di Bekasi untuk meningkatkan kapasitas produksi Ertiga, salah satu best seller roda empat. Di situ sisi konservatif Suzuki kelihatan – kalau sudah terbukti produk tertentu itu best seller/segment leader baru deh sisi infrastrukturnya digenjot.
Demikian tanggapan saya atas artikel Pakdhe tadi, kalau berkenan menanggapi balik saya akan terima dengan senang hati. Apalagi kalau sifatnya koreksi, karena saya yakin Opinion Piece saya ini masih banyak kekurangannya. Senang bisa berdiskusi dengan salah satu Blogger kondang.?
Terima kasih,
GN
Maturnuwun kang GN…pernyataan terakhir membuat helm nggak muat ki . Sayange koq celukane dadi pakdhe rek xixixi. Sebenarnya IWB lumayan mengerutkan dahi atas bagusnya respon artikel tentang Suzuki. Tanda biker masih berharap atas kebangkitan mereka??. Sepertinya begitu brosis. Btw….karena artikel ini sifatnya opini, tentu saja terbuka untuk pembaca lainnya urun rembug. Monggo berikan pendapatnya…..dan jangan kuatir. Semoga SIS juga membaca masukan sampeyan untuk kemajuan mereka. So….Gixxer 150 dibanderol 17-18juta??. Menurut bro Gorga kecil tuh kemungkinannya. Gimana dengan sampeyan?? ……(iwb)
amankan podium…
Siapkan jaring pengaman social….
Ternyata oh ternyata…kok dewekan… 😆
Wiss ah…tak budal mangkat…wayahe macul…
ternyata si suzi masih banyak sekali penggemarnya…hahaha… soal harga tinggi tentu karena pengaruh pajak dan ijin2 yg ada kaitannya dgn produksi. sederhanisasi birokrasi mungkin yang terpenting. tapi kalo saya pikir jika pemerintah tdk menerapkan pajak yg cukup tinggi negara kita tidak dapat apa apa dari penjualan barang2 made in asing tsb…..karena itu tentu keuntungan yg lbh besar diambil oleh negara pembuat produk tersebut. menurut ane sentralisasi dan desentralisasi jg gag ada hubungan yg signifikan dgn harga suatu produk. malah kini sdh nyata terlihat desentralisasi justru melahirkan raja2 kecil baru, dan tingkat korupsi makin tinggi intensitasnya ( brp banyak walikota/bupati yg terlibat korupsi )….untuk merasionalkan harga motor yg sekarang ini sdh irasional yaitu kita sikapi dgn sama sama mari kita wujudkan dan cintai produk produk INDONESIA….( spt iklannya maspion ), Ane kira insinyur2 kita mampu mewujudkan itu semua, asal kita Rakyat Indonesia MAU menghargai/mengapresiasi karya anak bangsa tanpa harus mencaci……dan ….mencibir…… sejujurnya jika ada perusahan asing bangkrut itu akan memberikan kesempatan anak bangsa untuk mengisi celah yg ditinggalkan mereka…tp Ane yakin SIS tak akan meninggalkan gelanggang begitu saja dengan wajah tertunduk malu /bertekuk lutut tanpa syarat dengan kompetitor sebelum melakukan perlawanan hidup mati…..tunggu saja ilmu dan senjata andalan yang akan dikeluarkan oleh manajemen baru SUZUKI divisi R2…..untuk saat ini mungkin H tertawa paling kencang sambil tepuk dada, Y tertawa tertahan sambil lirik H, K senyum penuh arti…..wakaka…..
koreksi bang iwan. gsx jangan disebut gixxer. gixxer itu nick name dari gsxr.
tapi ketoe(kelihatanya ) mending suzuki ngejar persaingan di kelas 250cc kn udh ada tu gsx250 di jepang sono lebih bisa ngejar pabrikan lain karna sudah melegenda namanya .untuk kelas 150cc srahin aj ke adiknya satria..