banner-460x110

IMG_0252Iwanbanaran.com – Bro dan sis sekalian….IWB dan segenap media Otomotif kemarin diundang oleh Dr. Ing Tri Yuswidjajanto, dosen sekaligus peneliti dari Institut Teknologi Bandung jebolan teknik mesin Jerman untuk diskusi ringan tentang permesinan. Dalam pertemuan yang sangat singkat tersebut…..sosok yang sudah mengabdi diITB sejak tahun 1987 tersebut mengungkapkan fakta menarik tentang pergeseran era yang sudah meninggalkan mesin 2 tak. Selain itu….habit dan juga kebiasaan yang salah patut menjadi perhatian kita semua. Apa aja kira-kira??….460x110-okuk460x120(Gif)

Pihak ITB mengaku cukup tertarik melakukan penelitian dengan tujuan menggali fakta…kenapa konsumen sering tidak mendapatkan angka keiritan seperti yang diklaim oleh pabrikan??. Kasus hukum konsumen dan pabrikan besar roda empat adalah salah satu contoh yang sempat mencuat kepermukaan. Dimana yang salah??. Apakah konsumen dalam posisi yang benar atau sebaliknya?. Disanalah background bermula untuk melakukan pengetesan dilapangan….

iklan iwb

Sebagai informasi Dalam standart emisi Euro 2 ada siklus pengujian yang disebut sebagai EC R40. Pengujian dalam laboratorium dengan metode buka dan tutup gas diatur oleh grafik yang sudah dipatok. Sangat ketat sebab tidak boleh kurang ataupun lebih. Ibaratnya kudu mengikuti rel yang sudah disediakan. Metode ini sangat sulit dan hanya bisa dilakukan oleh rider terlatih. Dari sana akan dihitung output emisi meliputi CO, HC, NOX, CO2. Makin tinggi hasil emisi, otomatis BBM yang dibakar makin banyak….IMG_0249

Sebaliknya uji emisi rendah….biasanya komsumsi BBM lebih irit karena pembakaran bagus. Bisa dilihat dari indikasi hasil kadar CO2 yang tinggi pula. Dari situ bisa dihitung berapa komsumsi BBM yang dihabiskan oleh sikendaraan. Data inilah yang sering digunakan dan diinformasikan pabrikan kepada konsumen. Terus kenapa angka tersebut sering tidak tercapai oleh biker??. Nah…disinilah yang menarik karena ITB berusaha menggali dilapangan testing melibatkan 7 orang rider dengan berbagai merk motor berbeda…

Melakukan road test untuk didata konsumsi BBMnya dengan kecepatan semaunya….motor cenderung boros dan ngedrop jauh dari EC R40. Efiensi bahan bakar bisa dicapai setelah rider ditraining mengatur bukaan gas secara halus dan konstan. Walau sudah jauh lebih baik…..keiritan belum optimal saat menjelajah dibawah 30km/jam. Speed akhirnya ditingkatkan dan hasilnya pada kecepatan 40km/jam keiritan terdongkrak hingga 100%. Performa ini terus terjaga hingga speed 60km/jam namun kembali ngedrop saat motor dipacu konstan pada zona diatas 60km/jam. Dan ini terjadi hampir pada seluruh merk motor yang mereka tes. Kesimpulannya??…

Komsumsi BBM motor paling irit direntang kecepatan 40-60 km/jam. Rentang speed tersebut bukannya mutlak sebab bisa dirombak dengan menggeser engine mapping. Namun secara standart…mayoritas pabrikan memilih kecepatan diatas sebagai zona eco riding. Engineering menyesuaikan kondisi jalanan Indonesia. Dan disinilah konsumen sering salah kaprah. Ketika pabrikan mengukur BBM dari hasil ukur emisi gas buang atau karbon balance….masyarakat pada umumnya biasa menggunakan metode full to full……kemudian gaya betot semaunya….macet, banjir, rem dadakan…baru refill dan ukur. Tentu saja hasil akan beda dari klaim pabrikan. Dengan hambatan dijalanan…Sulit mendapatkan kecepatan jelajah ideal yang membuat motor cenderung boros….IMG_0247

Tidak ada rekayasa dalam hasil uji ECE R40 sebab dari uji karbon balance memang bisa dikalkulasi komsumsi BBM. Jadi jika ada konsumen menuduh pabrikan melakukan pembohongan bisa dipastikan tidak benar. Namun angka ECE R40 nyaris sulit dan hampir tidak mungkin dicapai dalam berkendara sehari-hari. Hambatan dan kendala dilapangan menjadi biang semua terjadi. Pak?Yuswidjajanto juga menggaris bawahi….era sekarang tidak ada satu merkpun yang keiritannya mencolok mengungguli merk lain. Menggunakan sistem yang sama yakni menganut 4 stroke engine…hasil nyaris identik. Kondisi ini berbeda pada era 1990an dimana beberapa pabrikan memilih engine 2 tak untuk dipasarkan…..

Last...seperti yang diungkapkan pak Yus, ITB melakukan hasil uji secara profesional tanpa tendensi apapun kecuali memberikan pencerahan bersama-sama supaya kasus hukum antara konsumen dan pabrikan tidak perlu terjadi jika customer sudah tahu dengan gamblang term conditionnya. Dan jika pada testing terlampir ada pabrikan yang diuntungkan atau dirugikan…itu bukan kemauan mereka. Btw…..mumpung ketemu pakar dan ahlinya, kedepan IWB akan bahas tentang fase break-in atau inreyen, kepercayaan mengisi bensin malam hari lebih bagus, serta kondisi BBM basi dsb. Lulusan Jerman kangbro…opo ora juozz kuwi. Ditunggu yak, lumayan buat nambah ilmu ki :mrgreen: …..(iwb)IMG_0242

234 COMMENTS

  1. memang, klaim konsumsi bbm pabrikan itu cuma berlaku di rentang 0-60 kmpj aja kok, kang iwan..
    ____________________________-
    jackalride.wordpress.com/2014/02/04/hero-hastur-600cc-meluncur-di-auto-expo/

  2. xeon GT 15 kpl? yakin gak ada yg percaya. kalopun benar pasti itu tangkinya bocor. :mrgreen:
    atau mungkin mesinnya ada yg rompal dan pada karatan. eh… tapi kan xeonk GT motor baru. gak mungkin laaaaa…. masa motor baru dah pada rompal dan karatan?
    tapu yang jelas kalo xeonk GT 15 kpl, saya jelas ga percaya.
    so weird

  3. lulusan Sekolah Teknik Mesin Jerman (STMJ)? pantesan pinter *piss Pak 😀
    betewe, artikel ini keren kang, seiring dgn semakin ringkih & tuanya usia bumi, sering2 yak, juooosss…..

  4. pret pret kenyot kenyot

    prut prut kempros kempros

    motor honda pancen lemot

    biar lemot yang penting boros.

    toweng.

  5. 150. liant bravery. selamat Anda layak dapat pulsa 😀

    betewe, mo nyambung aja, Z1 ane dapetnya 1:46an, pemakaian 40~60 kpj cm buat pp rumah-pabrik tiap pagi & sore lewat jalan antar kampung, minumnya pertamina nu bereum..

  6. juragan churut bilang kalo si xeon boros..
    odong odong variongok 125 juga sama
    hasilnya,, padahal dah koar koar pake iss
    yang katanya sich menambah irit.. fikir pake logika.. gimana kalo tuh
    odong2 variongok gak pake iss ??
    the answer is,,
    injeksi dan semua tehnologi honda is
    gagal..
    yezzzzz

    buat apa dohc kalo boros tapi hasilnya cuma lemot dan rompal ?

    untuk apa iss kalo borosnya sama saja dengan yang enggak iss ?

    bahkan matic yamaha terbaru ini jauh lebih irit dari pada odong odong hondangok yang pake iss gagal.
    yezzzzz

  7. Yamaha New GT125 Eagle Eye dibandrol 15,9 juta rupiah ? diklaim tembus 79,98 km/liter

    tmcblog.com/2014/01/07/yamaha-new-gt125-eagle-eye-dibandrol-159-juta-rupiah-diklaim-tembus-7998-kmliter/

    wkwkwkkwkwk

  8. brarti matic yg ditest itb kemaren beneran independent ya. Kata fbh itu cuma suruhan yimm,ternyata mereka meneliti beneran.
    Salut deh sama matic yimm, irit emang.

  9. sudah ketetapannya matic yamaha tuh boros,
    sekalinya irit tarikannya mencla mencle,
    *lirik mio jrengggg

  10. Kang Iwan, tolong tanyakan/ sampaikan hal ini ke ITB, kalau mau lebih obyektif, sebenarnya ada 1 lagi aspek/ variabel yang sangat penting/ menentukan, yaitu motor yang akan dites oleh pihak ketiga (dalam hal ini ITB), harus motor “kualitas mass-pro” yang diambil/ dipilih langsung SECARA ACAK dari dealer, bukan motor yang “dikirim” oleh pabrikan ke peneliti ybs… Tul nggak? Hehehe…

  11. NVL ku bulan jauari 2014 saya test pake metode full to full, hasilnya 42,5km/liter, bulan desember 2013 37,3km/l, november 43,1km/l, oktober 40,5km/l,
    sbenarnya brpa sih konsumsi bbm yg di keluarkan YAMAHA

  12. penelitian independen ya… bisa dijadikan bahan pertimbangan ketika riding nih, hehehhe

    ulidblog.com/2014/02/05/aston-martin-db-convertible-110-mini-car-berkelas/

  13. Wah di gedung prodi teknik mesin ya mas iwan, harusnya kesana saya biar ikut liat hehe. Tongkrongan saya di gedung sebelahnya soalnya.

  14. ane setuju,karena pernah motor ane pernah stel pilot jet dan main jet serta celah klep si janda supra fit new 2006.masih orsinil km 84424
    di seting hampir sebulan.rata rata kecepatan antara 40-60 km/jam tes pertama 1 liter premium tembus 76 km.
    yang kedua stel celah klep kecepatan antara 40-60 1 liter premiun tembus 90 km

Comments are closed.