Jarang biker bisa kreatif ngubek-ngubek tunggangan sesuai keinginan. Menggunakan nalar serta ilmu guna menjadikan semuanya menjadi lebih baik. Dan salah satunya bro Nur…sosok rider yang dalam pandangan IWB mempunyai skill oprek diatas rata-rata biker seumurannya. Cerdas, logis serta mencengangkan. Ban berukuran 150/60 pun tidak berhasil mengebiri speed yang dengan gampang meraih 118km/jam. Ingat….karet bundar 150/60 berarti diatas CBR250 ataupun Ninja 250. Dan IWB merasakan betul, kenaikan satu ukuran membuat beban engine semakin besar. Ingin tahu detil penuturan dan penjabaran bro Nur??. Sebelumnya…monggo siapkan kopi, pisang goreng dan koran. Soale artikel ini bakal puanjanggg banget . Check it out..….
IWB sengaja tidak edit ataupun revisi email bro Nur. Biarlah semuanya otentik dan original agar gamblang serta menghargai hasil karya brother kita. Penuturan mulai dari background atau latar doi memilih Byson, sisi mesin hingga modifikasi teralis. Langsung aja….
Asalamualaikum Wr. Wb. Selamat malam mas Iwan. Perkenalkan saya Nur Insan Kembara yang biasa dipanggil Yhiping. Saya mahasiswa semester akhir di UNY (Yogja) jurusan elektronika. Saya dari Gunungkidul, YK, tepatnya Yogja paling timur, paling selatan, perbatasan YK, dan Wonogiri (Jateng). Saya adalah salah satu yang selalu mengikuti berita dari Blognya mas Iwan sejak 2009 (jarang komen). Saya adalah salah pengguna Yamaha Byson abu abu pembelian tahun 2011 (generasi pertama).
Membaca artikel mas di http://wp.me/popmY-9kP tentang Byson mas yang sudah 2,5 tahun, saya tertarik untuk berbagi cerita dan pengalaman 2 tahun punya ini motor. Mohon maaf ketika kemaren meminta email mas Iwan, sempat mau mengumpulkan data dan video malah terjadi insiden kecil. Saat pagi mau ngirim makanan ke ladang terjatoh sama babe, di jalanan setapak dari semen licin banget, cuma pelan pelan (20an kpj) namun lumayan ajur karena terplanting kena batu. Stang bengkong dan beberapa bagian yg mawut karena ambruk ke batu. Sehingga butuh beberapa hari untuk menjadikannya baik lagi, butuh pesen beberapa part di dealer sampai 3 hari. Baret, sempal, bengkong, lengkapnya :
(2010) Sebelumnya saya ucapkan terimakasih banyak kepada mas Iwan, karena saya pertama mengenal tentang Byson adalah dari Blog mas Iwan 3 tahun lalu. Hingga akhirnya punya rejeki untuk menebusnya dari dealer (19.960K cash) alhamdulilah keringat sendiri mas. Inden 6 bulan, dapet warna abu abu, bulan akhir Maret 2011, nopol AB 6141 JD.
(2011-2013) Langsung saja, berikut gambar motor saya sekarang :?
Berikut daftar part yang saya pakai (versi murah semua mas)….
A. Karbu PWL 28 (Ninja) pasar senggol (KW banget)
– MJ = Standar Byson, diperbesar ?1mm (pakai bor tangan kecil)
– PJ = Standar bawaan karbu PWL
– Intake Mainfold = Standar Byson, dipotong jadi ?3cm, diperbesar dan diperhalus (sesuai karbu)
– Karet Mainfold = Selang radiator Kijang
Filter = variasi, dikurangi filter kertas dan 1 bagaian filter kawatnya
ALASAN : Pernah mogok di Saerah Secang, waktu dulu sering nglaju YK-Semarang lewat Gunung Pati. Kata mas bengkel, karet vacumnya meleleh karena kepanasan (padahal baru 7-8bulan). Sejak saat itu kalau mesin kepanasan mesin gak bisa di gas (Cuma stasioner) sampai agak dingin, baru bisa jalan lagi. Akhirnya ganti sekalian biar nambah enak buat jalan jauh (NOV2011)
B. Silencer Tiger 2000 (KW) + Laher knalpot NOB1 (Byson)
– Silencer = Tiger KW, pakai 1 sekat saja (Nov 2011), ALASAN : Desainnya pas buat body Byson (luwes to mas?) , suara standar, pembuangan tetap lancar (1skat), aman dari polisi (maklum Gunung Kidul polisine nggua****i).
– Laher = Ori NOB1 (April 2011), ALASAN : Selencer udah tak jual (140K hehehe), selencer kekecilan, tenaga ngempos, bentuknya terlalu njengat !
– Kampas Kopling Scorpio, ALASAN : Kampas bawaan sudah usang, dulu sangat sering YK-semarang (Feb 2013), pilih Scorpio karena murah (24K/biji) aslinya 82K/biji.
– Busi (Denso Iridium), Sekarang pakai Denso Iridium (belum ketemu setingan yg pas, masih terlalu kering, harga 95K). NGK yg matanya 0,6mm (jenis platinum kayaknya CMIIWW, setingan sudah pas pembakaran sempurna, harga 27K). ALASAN : busi asli mati sejak percobaan ganti karbu pertama (Nov2011)
– Gear 14-42 (vixion variasi), ALASAN : Baru iseng coba, sekarang perbandingan 1:3 (14-42). Kalau mau standarin tinggal ganti 15-42 (rantai + ban nyampe, tapi lubang as di sapit gak nyampe) jadi 1:2,8 seperti stadar (maret 2013)
– Ban belakang Zeneos ZN62 150/60, ALASAN : sudah waktunya ganti, murah, batikan lumayan apik, cengkraman mirip-mirip FDR, biar seperti standar FZ16 di india (Jan 2013)
– RDB Nissin KW + TDR Honda Beat Flower, Master Kaliper = Nisin bajakan, single piston, copotan motor lama.
– Piringan = TDR Honda beat model flower. Dudukan tromol = butuh 2 buah dudukan variasi, main bubut untuk jaminan ke presisian+kekuatan. ALASAN : pilih kecil (mattic) untuk ngimbangin depan yg udah lumayan gedhe, tapi gak gedhe banget (biat luwes).
– TPS, Gas, Kabel Gas dan variasi lain handmade (2011-2013). ALASAN : Modifikasi lainnya buatan sendiri untuk menyelaraskan fungsi dari part tambahan maupun keluwesan penampilan. Ant
i Mainstream mas ! agak ilfil kalau ketemu sama Byson, sama, dengan part yang sama. Terlebih belinya di toko yang sama. Mending beda buatan sendiri. Syukur bisa jadi lirikkan saking bedanya hehehe
Berikut rubahan murah meriah kerjaan saya sendiri yang ?mungkin? bisa menginspirasi :
- TPS (thortle position sensor)
Mungkin ini bagian yang jarang diperhatikan ketika ganti karbu konvensional tanpa penggantian CDI. Menurut pengalaman :
- TPS gak dipasang lampu indikator merah di spido bakalan menyala terus menerus. Hasilnya mesin brebet di puteran 4000 rpm ke atas.
- TPS dipasang disoket, tetapi tidak difungsikan, lampu merah spido akan menyala kalau udah jalan beberapa menit kalau rpm naik turun buat jalan. Hasilnya kalau pas lampu merah spido mati mesin hanya brebet di 4000-5000rpm, dan kalau udah indikator merah menyala mesin mulai brebet di 4000rpm ke atas. Indikator merah baru mau mati kalau mesin di restart atau TPS diputer/dirubah nilai pembacaan sensornya/diputer sensornya.
- TPS terpasang dan difungsikan. Ini percobaan yg sya pakai sekarang. Hasilnya gak brebet di semua Rpm (dalam range limiter), hanya kadang saat mesin pagi (dingin) pas di geber patah (agak brebet) di 5000rpm doang, kalau pas panas tidak ada masalah sama sekali, indikator merah sudah tak bermasalah lagi.
TPS dipasang dan difungsikan dengan membuat dudukan TPS lengkap dengan modifikasi penarikan gas seperi berikut :
- Dudukan TPS
Saya buat dari akrilik ketebalan 2mm, dibentuk menjadi dudukan, lengkap dengan penariknya (1/3 lingkaran), dan dudukan bautnya, seperti berikut :
Diameter dudukan dan tarikan gas disesuaikan ukurannya sama jarak tarikan skep karbu biar gak kelebihan/kekurangan (bisa jebol kalau kurang besar diameter akriliknya, soalnya cuma plastik). Diberikan sisa >3mm (sebagai gerak bebas) di posisi max dan minimumnya, soalnya kalau puteran mentok di max/min beberapa detik, lampu merah pada spido bakalan menyala (sudah saya coba). Berikut ilustrasinya :
Untuk mempermudah mengatur gerak bebas tarikan TPS saya pasangin setelan, nyopot dari setelan rem sepeda ontel, berikut :
Yang jelas dengan TPS terpasang dan difungsikan lampu merah sudah nggak menyala (bermasalah), ?mungkin? ini juga yg membuat konsumsi BBM sama dengan standar karena management arus dan tegangan yang keluar dari CDI sesuai tarikan gas IMHO, mungkin mas…
-
Kabel Gas
Pemasangan TPS di terpisah dengan karbu, maka butuh kabel gas 1 cabang 2 (karbu + TPS). Gak ada yang cocok sama dudukan handle gas Byson, jadi terpaksa buat sendiri, modifikasi dari kabel gas MX. Untuk menghindari tarikan gas yang berat kaya MX, saya potong per skepnya (sesuai kebutuhan) dan TPS tidak perlu diberi per tambahan karena udah bisa ngeper sendiri asal kawat gas lancar. Singkat cerita jadilah seperti berikut (1. Ke karbu 2. Ke TPS) :
-
Handle Gas
Maaf kalau ini hal yang sangat sepele, dan murahan. Dengan pergantian karbu konvensional venturi28 ketas, biasanya tarikan gas (melintir) jadi lebih panjang, banyak yang pake gas spontan. Dan yang menjadi perhitungan kalau pakai gas spontan :
-
Tampilan jadi gak standar dan mencolok banget menurut saya.
-
Tarikan gas jadi lumayan tambah berat dan jarak plintiran pendek banget. Untuk jalanan yang agak rusak/berbatu nyendal2 karena sulit untuk stabil tarikannya. Cepet capek kalau kondisi macet/jarak jauh
-
Butuh dana tambahan buat beli gas spontan, apalagi yang ada stop engine, tombol lampu dan elektrik stater nya hehehe
Kalau saya gas standar saja diberi sedikit ubahan, saya tambahkan lempengan bekas kaleng plastik ketebalah sekitar 1,5mm untuk memperbesar diameter handle gas, sehingga tarikan mendekati gas spontan, namun tidak seberat gas spontan, tampilan masih sangat standar (dari luar), kalu mau cari musuh dijalanan gampang, soalnya wajah biasa tapi serasa spontan hehehee
Hasilnya saya cuma butuh 1/5 putaran gas = gas pentok dengan karbu PWL28, enteng dan lancar jaya. Saya kira handle gas standar Byson masih bisa di tambahin 1-2mm selebihnya pasti mentok (seret) di holder gas (holder kanan). Itu pakai plat plastik, bekas kaleng cat, ketebalan 1,5mm di lem dengan lem G atau alteco. Sudah uji 2 tahun gak ada masalah dan tetap prima sampai hari ini 🙂
-
Intake mainfold
Seiring perubahan karbu pengalaman pertama mainfold standar, karet standar, diameter dalam karbu lebih besar, diameter luar lebih kecil dari standar, jadi perlu di ganjel karet, tabung filter terpasang, kertas filter dicopot. Hasil brebet di 4000-5000 rpm, Selebihnya lancar.
Dulu awalnya seperti ini (gembung filter masih dipasang) :
Singkat cerita intake mainfold saya potong sisa sekitar 3cm, Dan karet diganti selang radiator Kijang (yg paling pas) :
Dan sedikit perubahan yg biasanya diabaikan mayoritas modifikator (banyak saya lihat di bebek), cekungan kecil yg bikin batuk dan gak stabil. Kalau karet sudah diganti selang radiator (biasanya) pemasangan sembarangan bisanya gini (karea konstruksinya beda jauh sama kare
t standar pabrik :
Aliran tidak lancar, dan tertahan karena kabut maupun yg masih dalam cairan ada yg mengendap ditengah, terlebih lagi saat jalan menanjak (garis hijau). Jadi kalau saya mikir, dibuat mepet saja antara merah dan biru. Sedangkan intake standar+karbu PWL perbandingan diameter luar sama, diameter dalam lebih besar yg PWL jadi bisa dikatakan naik tangga dari 28 menciut jadi 26 IMHO :
Memang sepele banget, tapi lumayan ngaruh kalau dirasain. Punya saya dipasang mepet, katret cuma sebagai dudukan doang, posisi agak mengerucut, karena daleman mesin (intake masuk klep) masih sangat standar :
Gak perlu main bubut, kalau saya Cuma tak amplas kasar dulu (tapi diputer biar rata), finishingnya pake amplas paling halus+air :
Secara logika aliran lancar, secara ilmu fisika saya gak tau. Yang jelas dengan adanya perubahan dari kondisi awal (mainfold panjang), dipotong sampai di lebarin dikit ada perubahannya. Dulu banyak brebet, kalau sekarang sudah gak brebet blas. Dengan pemotongan mainfold ini, jadi feedback gas pembakaran gak sempurna dari mesin (gak tau nama teknologinya) jadi gak bisa diapakai dan ane sumbat saja :
-
Spidometer
Kalau ini cuma buat mempercantik saja, biar beda sama Byson lain aja heheh (anti mainstream bosss). Langsung saja, copot lampu depan, dan lepasin baut bautnya, copot baut spido, ambil background standarnya, dan desainnya contek di corel draw, saya buat nyampe 11.000 Rpm, langsung masukin ke cutting sticker an, kalau udah jadi ditempelin di mika bening terus dipotong sesuai bacground aslinya, tempelin selesai dah :
Pengen rubah lampunya jadi putih tinggal ganti, tapi posisinya dibalik LCD jadi cukup beresiko, hati hati !!!! Sebenarnya pengen ganti lampu putih, tapi keterbatasan alat mas. Kemarin sempat coba mau lepasin LCD nya pake solder biasa, tapi apa daya tenolnya cuma bisa keangkat stengah layer, karena PCB nya dobel layer. Kalau dipaksakan panas solder biasa, takutnya LCD malah nge-Dot (hitam) wedi mas. kalau mau coba sebaiknya pakai solder yg blower itu, jelas bisa dengan mudah, tapi apa daya saya tak punya alatnya. Berikut daleman PCB nya (kalau mau coba) :?????
-
Rantai
Berawal dari rasa penasaran, kenapa rantai Byson kaku banget sejak beli, sampai 2tahun ini padahal rajin pakain oli semprot. Dibanding dengan Scorpio, Tiger apalagi Vixion yang punya tenaga lebih kok cuma kecil ukuran rantainya. Setelah saya banding2kan ternyata di rantai standar Byson ada karetnya, mungkin untuk peredam tapi justru memberikan beban tambahan pada mesin (pikir saya waktu itu). Iseng-iseng dan siap dengan resikonya saya potongin karetnya sebelah, sepanjang rantainya (lumayan edan mas, wong banyak banget), ini rantai yg sudah saya potongi karetnya sebelah (kiri = kosong, kanan=karet masih) :
Alhasil jadi lancar jaya, lemes dan enteng (bisa diliat di foto, rantai lemas menggantung). Perkiraan awal kalau karet dihilangkan 1sisi bakalan ringan, dan masih teredam dengan karet 1 sisi yg lain. Dan ternyata benar, hilang 1 gak kocak dan suaranya juga gak berubah. Sudah teruji jalan jauh gak masalah. Hasilnya makin enteng, ?mungkin? bisa meambah top speed 2-3KPh dan ngirit BBM 1-2 tetes IMHO hehehee. Kalau semua karet di hilangkan mungkin bakalan tambah yahut, tapi saya tidak menjamin suaranya kalau agak mendesis hehehe.
-
Teralis tutup mesin
Dapat dilihat di gambar motor saya di keseluruhan dari tampilan luar. Itu buatan sendiri mas, entah jelek atau enggak masa bodoh, yang penting buatan sendiri dan insyaaloh belum ada yg seperti ini dan memang dasarnya konsep saya juga begitu. Pie mas nenurut njenengan ? bisa tebak ini dari apa ?
Ini dari pipa PVC ? ditempelin dengan dibakar pake solder, dan untuk menambah mirip las-las an saya berikan lem bakar yg dibentuk sedemikian rupa lengkap dengan baut 12an (pengen baut yang putih, tapi mahal mas, terpaksa pilih kuning biasa) sehingga mirip rangka asli (bener ora?). Catnya aja Cuma pakai cat semprot, tapi sampai sekarang gak pudar masih 11-12 sama rangka. Monggo :
Saya pilih pipa PVC biat mudah dibentuk, ringan dan cukup tahan panas. Walaupun tampang berbeda, namun masih saya perhitungkan biar masih mudah untuk bongkar pasang saat servis, tinggal copot baut saja (sekarang tanpa buka jok mas), jadi masih tetap modifikasi fungsional dan tidak membuat perubahan pada part original motor :
Meki bisa dicopot dengan mudah tapi ini tetap kuat, bunyi horok horok saat digeber juga gak ada sama sekali, buktinya kemarin saat jatoh, tangki terkoyak ambruk kebatu tralisnya gak geser apalagi pecah hehehe IMHO. Sudah saya pake sejak awal 2012 (CB150R belum muncul saya sudah pasang lho mas), sampai sekarang tak bermasalah dan tetap kuat.
Hasil test :
Di test di daerah perbatasan gunungkidul ? wonogiri. Kondisi jalanan tidak terlalu ramai dan standar jalan daerah pinggiran, tapi lumayan pendek untuk test top speednya. Postur saya 179cm/78Kg (lumayan cungkring). Video nya terlampir.
Test menggunakan gear 14-42, ban belakang 150/60, cuaca menjelang mahrib, aspal dingin dan lumayan licin, top speed 118Kpj (video). Akselerasinya 0-80kpj sekitar 8-9detik. Kalau dilihat sepintas 1=34kpj, 2=59Kpj, 3=80Kpj, naik pelan, gas dianggang, karena tikungan dan banyak orang nongkrong (bukan daerah saya mas soalnya), setelah tikungan baru sedikit buka gas lagi 4=101Kpj, 5=118, dan mendadak tikungan naik 4, 3 dan seterusnya. Saya yakin masih bisa nambah 1-3Kpj lagi kalau aspal panas, sama tracknya panjang lagi, tapi masalahnya kalau siang spidone silau gak keliatan di kamera. Dudukan dari plat alumunium hehehe (keuangan minim untuk punya GoPro bang)
Hasil diatas 118Kpj untuk gear 14-42 perbandingan 1:3. Sedangkan standarnya 14-40 perbandingan 1:2,857. Maka jika dihitung diatas kertas untuk gear 14-40:
Kecepatan (14-40) = 118 x 3 : 2,857 = 123,90 -> 124Kpj
Dan hasil yg saya dapet pas pake 14-40, ban belakang 150/60, gigi 4=106Kpj (9000rpm) dan 5 nya lumayan cepat dapet 110 (di 8000an rpm) dan terus naik tapi pelan, pernah nyampe 117 tapi kehabisan jalan kalau gak kepentok mobil, saya coba di jalur cepat ring road timur YK. Waktu itu masih pakai NGK dan rantai masih kaku. Apa mungkin ya mas kalau pakai 14-40 dengan kondisi sekarang bisa 124kpj ? hehehe
Untuk uji konsumsi BBM dilakukan dari SPBU Gading Jl. Wonosari Gunugkidul, naik turun, berkelok kelok, macet, kos, kampus, muter jogja (harian), sampai SPBU Jl. Solo Janti Sleman Yogyakarta. Metode yg digunakan model top up seperti bang iwan, model berkendara pelan, geber, tarik, pokokke lengkap seperti penggunaan harian. Sekitar 10KM an buat boncengan, sisanya sendiri. Kondisi motor :
-
BBM premium, Oli Enduro Racing
-
MJ standar byson diperlebar ?1mm, Jarum skep di posisisi 2 dari 5, angin-angin 2X putaran
-
CDI Koil standar, Busi NGK Platinum 0.6 (CMIIWW), kondisi pembakaran sempurna (merah bata)
-
Kampas kopling udah ganti baru.
-
Gear masih pakai 14-40 rantai standar (masih kaku, belum diambil karetnya)
-
Ban sudah ukuran 150/60
-
Kondisi mesin standar, belum pernah dibuka apalagi stel klep.
Udah beberapa waktu lalu nyoba, maaf kuitansi SPBU nya ilang, soalnya kemarin cuma nyoba aja, pas habis baca test BBM NVL nya bang iwan, terus ikut ikutan. Waktu itu belum punya niatan untuk menulis ini, jadi kwitansi sudah nyelip entah di saku yg mana. Tapi saya masih sangat ingat bayarnya Cuma 10000 kembali 2000 ruapiah = 8000 rupiah. Seingat saya di kwitansi SPBU utu habis 7800an sekian, gak sampai 8000. Dan di Trip spido saya di angka 73,2 KM. Dulu sudah saya hitung seingat saya sekitar 1:42 sekian Km, tapi dihitung paling borosnya saja:
BBM : 8000 (angka tertinggi) / 4500 (premium) = 1,78 ltr
Konsumsi : 73,2 KM / 1,78 ltr = 41,0674 -> 1 : 41
Sebenarnya saya udah kerasa ngirit, tapi hasilnya kok lumayan gak bisa dipercaya dibanding dulu pas karbu vacum. Setahun lalu pas buat kuliah sambil servis komputer keliling2, jualan periperal komputer dan sudah termasuk pulang kampung PP (rumah saya 80KM dari jogja/pulang 1x seminggu) tiap minggunya cuma ngisi 30rb paling boros 40rb. Kalau penggunaan harian sangat boros jika untuk jalan pelan di RPM rendah <4000Rpm (pacaran hehehe), sangat beda kalau jalan di RPM 5500 ? 8000 an, ngirit banget mas. Sampai sekarang juga banyak yg gak percaya ini mas, saya juga gak tau kenapa.
Untuk kondisi sekarang, busi denso iridium, rantai yg sudah lemes dan gear 14-42 belum test BBM nya. Tapi yakin ini lebih irit, wong buat jalan boncengan saya (78Kg) sama adik saya (60an Kg), dari rumah PP wonosari GK sekitar 2x27Km (54Km perhitungan kasar) di spido 1 strip (spido posisi bar ke-2 BBM) gak berubah/gak kurang. Belum ada waktu dan dana untuk sekedar test lagi mas
Aliran modifikasi
Semua bagaian yg saya tambahkan dan saya kurangkan itu demi keluwesan tampilan saja. Dengan gembung filter dilepas, akibat penggantaian karbu. Gembung sudah hilang, daripada menyisakan ruang mending saya buat teralis biar keliatan ?naked? nya (aliran lama). Dengan pemasangan tralis spatbor belakang harus copot ben luwes dan semakin keliatan otot2nya. Termasuk striping orisinil, FZ maupun strip tengah. Terserah mau dibilang apa, mungkin aku terispirasi dari motor aliran lama yg tengahnya yang biasanya growong (tiger), dan garis tengahnya. Agak nglirik ducati monster model lawas sebenarnya, tapi ?tau diri? mesin kecil, jadi bodi gak usah dibesarin lagi dan biar gak identik juga sama Monster. Terserah lah mau dikatain apa heehe
Ini daftar detail secara garis besar :
PERFORMA |
|
Karbu PWL28 Ninja (KW Banget) |
200.000 |
Selang Radiator Toyota Kijang |
20.000 |
Filter variasi |
40.000 |
Akrilik (TPS) |
15.000 |
Kabel Gas dll |
12.000 |
Knalpot Tiger 2000 (KW banget) |
130.000 |
Kampas kopling scorpio |
96.000 |
Busi Denso Iridium |
95.000 |
Gear variasi Vxion 42 |
52.000 |
? |
660.000 |
Dengan biaya 660.000 bisa seperti video yang terlampir, dengan konsumsi BBM yang lumayan irit. Bandingkan dengan kondisi yang sama, hanya dibelikan R9 seharga 1juta an, hasilnya bisa dibuktikan. Saya sudah pernah nyoba, mungkin mas Iwan juga pernah buat artikel tentang Byson merah, putih yang kebut kebutan, salah satunya pakai R*. Dengan ini saya mau meyakinkan bahwa part murah itu belum tentu jelek, asal seimbang dan tepat guna. Kuping saya udah panas sering di forum/kumpul-kumpul orang ngejelekin part murah, dan menyombongkan part mahalnya yang belum tentu jempolan.
Berikut daftar part variasi/bahan handmade bukan performa:
VARIASI |
|
Master kaliper NISIN (KW banget) copotan motor lama (1cilinder) |
150.000 |
Piringan TDR H Beat (Kayaknya KW) |
90.000 |
Dudukan Tromol (2 buah) |
80.000 |
Zeneos ZN62 150/60 + nitrogen + pasang |
490.000 |
PVC, lem bakar, baut dll (tralis) |
60.000 |
Spion New Jupi Z |
60.000 |
Jok |
35.000 |
Sticker, skotlite, jasa cutting sticker |
30.000 |
? |
995.000 |
Sebagian besar part saya pasang dan buat sendiri, jadi minim biaya pasang. Yang paling mahal biaya bubut dudukan tromol 80K. oli pakai Enduro racing.
Itulah pengalaman saya 2 tahun pegang Byson FZ16. Rasanya tidak salah pilih, karena dari awal pikiran saya seperti kata orang ?Bondo kui iso digoleki, nanging rupo kui raiso ngapusi? (harta itu bisa dicari, tapi wajah itu tak bisa berbohong). Dari situ saya menganggap pass Beli Byson yang secara wajah sudah cukup ganteng, dan permasalahan mesin bisa diupgrade. Saya juga merasa sangat bangga punya Byson generasi pertama 2010-2011, secara striping beda, kode produksinya juga masih Byson FZ16 (Yamaha-motor.com), kalau yg sekarang kan udah byson doang gak FZ16. Terlebih lagi punya saya abu-abu, dan sudah tak diproduksi lagi (ganti hitam), serasa limited edition euy hahahaha
Akhir kata, maaf jika banyak menggunakan kata campur dan acak acakan, maaf kalau ada foto yg apik ada yang jelek, soalnya pakai HP kadang camdig, maaf kalau kepanjangan, maaf apabila ada salah kata yang kurang berkenan. Semoga file ini bisa bermanfaat, mau dipakai juga alhamdulilah, jika tidak dipakai juga tidak keberatan mas
Salam biker indonesia
Sukses dan terus berbagi buat https://iwanbanaran.com
Sekian dan terimakasih
Wasalamualaikum wr wb
Nur Insan Kembara
WeChat ID : yhiping
Twitter ID : @Yhiping
Facebook : http://facebook.com/yhiping
Wisss…..jian komplit tenan. Juozzz buat mzbro Nur. IWB tidak akan nambahin apapun selain dua jempol buat kreatifitas yang diberikan. Tiada kata kecuali maturnuwun sudah sudi berbagi untuk para pembaca setia warung IWB. Dan untuk brosis pembaca semua…kalau ada yang kurang mudeng, sudah IWB cantumin alamat bro Nur Insan secara gamblang.? Yang penting selalu hati-hati dan waspada. Keep brotherhood & two thumps up!!!….(iwb)
mak nyus bosss….
klo ke jawa kapan2 ketemu……..
sederhana tetapi mengena.
kata bung indro warkop, ini neraka….!
Ngomon2 ne artikel panjang bener mas??
Mau balas komen2 FBH n FBY yg panjang2 y mas’
Wkekekekekekeeee………..
Piis Mas……….
gw apreciate dengan jujur atas kreatifitas bro Nur Insan.. ini biker bener2 kreatif…salut !… ngga kaya FBY pekok yang lainnya…
Mas Jokokarta pada Maret
19, 2013 pada 11:12 AM
YAMAHA SEMAKIN DI
DEPAN!
BLOGGER SEMAKIN
YAMAHA!
YANG LAIN KEMANA?
——
TUNGKAK DIASMU WE !!! 😀
okeeeeeeeee
http://www.bintangmotor.com
trelis anti karat ini…cuma kalo kena panas mesin apa ngga melepuh tuh
super sekali…!!!artikele dowo banget…lengkap, juoss tenann!!!
muantabz pol mazbro….
Salut….Kreatif….juosssss….
joss
tapi cara menghitung top speed nya apa ga kebalik tu? bukannya 118 x 2.587 / 3 = 112,37
secara logika dengan sproket lebih besar maka top speed lebih lambat
NJMX standar aja bisa 115 on spido
Sip (y)
Tuh baru byson
masih adem,,, tenang dan wangi,,
karena para panboy kutang lagi nyusun strategi bece,,, 😆
mantaf! lengkap penjelasannya…sekali lagi…mantaf dah!
jempol brow,,,
pake chassis trellis frame!!
ampe ketiduran bang iwan.
😀
buat sesama penunggang byson,sip brow semangatmu,,,buat modif…
KOMPOR GAS BRO
hhmm,, damainya siang ini,,, 😆
hanya bisa geleng2 kepala & mesem ngguyu.. 😀
Rider sejati,bukan hny bisa nyemplak doang!! joss mas Nur….
omong2 teralis…inikan TERALIS ABAL-ABAL tapi lebih terasa TERALIS ASLI !! tapi yang klaim rangka TERALIS malah jadi TERALIS ABAL-ABAL..
rangka teralis tu ya desain mesin menggantung ky desain deltabox cm beda bahan satunya pipa satunya deltabox.teralis kok ky diamond bener teralis bukan??
garai pengen tku byson ae
mas iwb marah bison di bilang lemot 🙂
sampe di buat artikel 😛
bentar lagi nyamain top speednya bro nur bysonku masih 113 max yes
panjang bener,jadi muaaaaleeeesssssss baca nya 😆
Iseng-iseng dan siap dengan resikonya saya potongin karetnya sebelah, sepanjang rantainya (lumayan edan mas, wong banyak banget), ini rantai yg sudah saya potongi karetnya sebelah (kiri = kosong, kanan=karet masih) :
__________________________
ngekek,,,tapi jempol….
Byson, vega =tokoh penjahat di game street fighter.
mau tembus top speed brp aja tetap aja bison lemot akselerasi nya hahhahaha 😛
yamaha raja nya motor lemot dan irit
yamaha tahun 90an memang produksi motor lumayan kencang dan honda motor irit,sekarang berbeda yamaha produksi motor irit lemot dan honda produksi motor kencang tapi mindset konsumen honda motor irit masi kuat 😛
ini benar” metal m/
thump thumps thumps thumps ,mosok kalah ro independent sek jenenge cb150r…
lengkap dan detail modiefnya.. joss!
wah udah dioprek cuma segitu, ternyata si tengki plastik bukan mitos lemotnya.. masih gampang dikepret sama domba garut standar.
tengkinya doang gede, tapi kapasitas tangki di bawah plastik cuma seuprit. Kalo mau gagah tuh bawa aja karung beras di atas tengki motor.
tapi motor yamaha yg paling kenceng cuma punya jaos lah, klingon piston angkot top spitnya 225 mph = 362 kpj, apa lagi kalo bukan karena teknologi shock ambles & batok culun?
gak mungkin Byson bisa kencang
MS matiknya aja kalah kok
Byson kok bisa lebih ganteng dari megatron ya
padahal MS matiknya kalah dari honda
76. AWessya – Maret 19, 2013
Byson, vega =tokoh penjahat di game street fighter.
—————————————————————–
weleh-weleh, motorku vega 98 lho.
Asem tenan
MS besar bukan berarti bagus.
Mindset orang Indonesia susah diganti.
pompa air merek apapun tetep sanyo.
hahaha
kreatif banget nih orang, salut deh buat anak daerah,
wahyudimotorcyclenews.wordpress.com/2013/03/19/cooming-soon-pasar-jongkok-otomotif-2-6-7-april-2013/
sampe ngantuk mas.
tp tetep gak tertarik sport yamaha
Wedian, tepok jidat, kalah nih CB150R
118 ae buanggane railokk…
tiger gw 140kpj aja guampang…
artikel basii
saia setuju sama bro nur kang iwan yg murah belum tentu murahan..
sama motornya om matius kenceng mana ? xixixi kaburrrr
wew, tumben”an ni ada yang modifikasi ala street sleeper.
biar d kata lemot tp motor ni keren bin gagah.
Mantabb,top speed 118kpj di speedo byson,udah lebih dari cukup buat ngamplengi 130kpj on speedo cebong..
@peyek :
br ada satu fby yg lumayan smart.
bukan kayak lu n temen2 lu yg dongo n cuma bs nge bc aja.
makanya otak dipakai,jangan lu simpen di septiktank.
ngerti yek !
motor wagu ,
modif wagu, gak simpel .
pake pipa aer buat apa? gak fungsional
Motor oprekannya susah begitu cuma top speed 118.
Ninja 150 ngga pake ngoprek 160 kpj dapet.
Kalau mau beli motor buat ngejar kenceng ambil sport-nya kawasaki.
Kalau mau beli motor yang lelet kaya kebo, beli byson
Mas IWB pas banget beli byson secara doi ngga doyan kebut-kebutan. Kalau ada orang naik ngebut tampangnya alay, pasti motornya yamaha.
Doktrin pabrikannya udah dijejalin ke otak-otak smart FB-nya. Jadi dimana-mana pemakai yamaha gas poll.
Kalau mau survery silahkan, dijamin hasilnya valid.
Motor alayer = yamaha + (satria FU)
Yamaha = semakin di depan..
MOODDDIIAAARRRRR..
TEENNAAANNNNNNN..
Byson serasi dg orang yg gemuk&pendek.