Kematian Marco Simoncelli masih membuat semua kalangan tidak percaya. Mau dikantor, berita, internet…mayoritas sangat menyayangkan atas tewasnya pembalap Honda Gresini yang dinilai bakal menjadi calon pembalap gemilang masa depan. Tapi itulah takdir….yang sudah digariskan oleh sang kuasa. Yang menarik…pembalap legendaris Giacomo Agostini mengungkapkan analisa pribadi tentang tragedy yang menimpa Simoncelli….
Agostini percaya dengan merubah karakter ban diMotogp bisa menghindari model kecelakaan yang merengut nyawa sikribo. Kehilangan kendali…motor miring kekanan dengan rider masih nyantol diatasnya, memasuki racing line Edward, Rossi…dan kecelakaan hebat tidak bisa dihindarkan. Banyak yang berkomentar…seandainya tidak ada bantuan elektronik traksi kontrol, kemungkinan besar nasib naas tidak akan terjadi. Apa kata sang legendaris menanggapi opini tersebut??…
” Saya pikir eletronik tidak ada hubungannya dengan kejadian kemarin. Secara pribadi seperti pembalap lain saya tidak menyukai intervensi elektronik. Artinya saya lebih suka pembalaplah yang mengatur motor bukan sebaliknya. Menurutku…ban juga patut disalahkan. Tentu sebab ban adalah sisi terpenting dalam sebuah motor. Jaman sekarang, semua pembalap menginginkan dari awal hingga akhir ban tidak kehilangan performa. Konstruksi pembuatan karet bundar mau tidak mau harus mengakomodasi kemauan mereka : ban jadi lebih keras dan sukar dikendalikan. Kelemahannya…. jika ada masalah dengan grip, kamu akan jatuh sebab ban langsung kehilangan traksi tanpa ada peringatan…”
” Mungkin…akan lebih aman untuk membuat ban yang berbeda, dimana mulai dari pertengahan race…performa menjadi turun. Dengan kondisi tersebut….seluruh pembalap akan dipaksa lebih hati-hati. Artinya….dari pertengahan balap hingga akhir, ban memberikan peringatan berkali-kali kepada rider…..memaksa kamu membalap layaknya drifting dan tentu kamu akan lebih awas karenanya. Tentang kejadian Marc…kita tidak perlu mencari kambing hitam. Kecelakaan seperti ini sering terjadi dalam dunia balap. Tingkat safety sekarang sudah memuaskan. Dibandingkan saya dulu…memakai helm seadanya dengan berat kurang dari 2 pon…..sirkuit tertutup dinding, pohon serta pagar pengaman kiri kanan. Dan itu membuatmu putus asa karena harus menyaksikan banyak kecelakaan yang membuat temanmu meninggal dunia….
Sekarang, saya bisa bilang langkah maju telah dibuat. Sirkuit sangat aman…terdapat gravel lebar (run off) yang akan mencegah tubuh rider menabrak obyek, segalanya begitu aman…dan helm memakai tipe full face berkualitas tinggi. Bahkan ada beberapa rider dilengkapi air bag yang dibuat Dainese guna melindungi bahu, kepala dan punggung belakang. Banyak pekerjaan yang telah dilakukan untuk memaksimalkan safety, tapi jika sebuah tabrakan melibatkan kuda besi berbobot 150 kilo menghantam dengan kecepatan 150km/jam….sayang, tidak ada proteksi apapun yang akan mampu menyelamatkannya..” tutup sang juara dunia 15 kali, Giacomo Agostini….
Yup…kematian Marco Simoncelli masih menjadi buah bibir. Kendati jasadnya telah dikuburkan, namanya tidak akan pernah dilupakan. Seperti pendahulunya yang juga tewas dalam dunia racing….Daijiro Kato, Shoya Tomizawa…..dan kini Marco Simoncelli adalah nama-nama yang bakal kekal diingat dalam sejarah Motogp. Ciao Marc……(iwb)
takdir
pasrah
CIAO super sic
wow,,benar kata mbah balap
kecelakaan yang gak bisa dihindarkan
RIP #58
kalo diliat dari video kamera motor bautista, Sic udah kaya gak sadar pas motornya mulai masuk tikungan.keliatan pas motornya ndlosor posisi Sic masih seperti ga terjadi apa apa
Kudu ikhlas…
Ciao marc..
nitip dulu mas iwan, baru baca..
boerhunt.wordpress.com/2011/10/28/parkiran-khusus-difable-biker-penyandang-keterbatasan-fisik-ternyata-sudah-diusulkan-bagaimana-dukungan-komunitas-biker-lain/
yg lalu biarlah berlalu
wah tumben2nya dapat 10 besar 😀
jika tingkat keselamatan sudah dimaksimalkan, semuanya jadi tinggal takdir, dan tidak layak mencari kambing hitam..
hhmmm………
gmn y ? Klw yg twas itu rossi ?
pasrah
hakimrodamas.wordpress.com/2011/10/28/tak-mau-ketinggalan-suzuki-pun-rilis-gsx-r1000-2012/
Opo iso
suatu hari semoga ada orang indonesia yang berlaga layaknya simoncelli, ber tanding layak singa dilapangan balap tetapi lembut di jalanan dan bernasib lebih baik sehingga juara dunia melebihi rossi si juara dunia GP…. amin…
hm,, emang,, sesafety apapun riding gear, kalo dengan kecepatan segitu,, tetep lewat,,, sedih ane super sic udah kagag ada,, gimana nasib motoGP taun depan yaaa??? kayaknya bakalan boring banget,,,
paling ga ada sesuatu yang diperoleh, harusnya kita juga lebih aware sebagi pengguna jalan umum, ga ada gunanya memacu kendaraan kenceng2 bak pembalap2, ga ada yang perlu dibuktiin, ane yakin kalo kita naek kayak kesetanan en kenceng minta ampun, bukan pujian yang akan dilontarkan oleh orang yang melihat, tapi sumpah serapah en caci maki,,,
@ 17. redribbon Army
Aminn
@ 18. kudalumping
Komentar yang tajam dan dalam. Setuju banget!
Giacomo Agostini, si flamboyan memang legenda…….
wkwkwkkw, OOT
PS:utk Simoncelli, beristirahatlah dengan tenang……..
hemmmmmm,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Human Error sdh mjd resikonya para pembalap, alias membalap itu tdk boleh ngawur melebihi batas aturan.
ciao supersic.. kehendak kuasa memang tak bisa dilawan.
simon terlalu maksa bwat menyeimbangkan motor yang sudah lost grip,,,,maaf klo bahasa ingrisnya salah,,,,,,heeeee
Motor balap jaman dulu lucu mas bro….