Jangan pernah minder jadi wong ndeso…..

Iwanbanaran.com – Orangnya santun banget. Wajah polosnya terlihat malu-malu saat menerangkan ke IWB tentang pekerjaan yang sudah dilakukan. Yup…si Carli J memang masuk servis rutin pada transmisinya. Ganti oli serta valve body dibersihkan oleh sosok bernama Bejo (sebut saja demikian). Tebakan IWB akhirnya terbukti. Doi ternyata memang berasal dari salah satu kota kecil Jawa Tengah yang merantau ke Jakarta. Wahhh….saluttt ngene ki….

IWB masih ingat pertama kali menginjakkan kota di Jakarta ditahun 1999. Suasana ibu kota memang bertolak belakang dengan habit kota kecil. Orangnya cuek dan terkesan memiliki ego cukup tinggi. Pernah IWB misuh-misuh karena tidak direspon saat jalan rada nunduk didepan kerumunan orang-orang yang nongkrong dipinggir jalan. Gang sempit membuat IWB spontan melakukan kebiasaan desa. Toto kromo cak. ” Permisi mz….” (monggo mz) seru IWB. Responnya ??…

Mereka hanya mlongo dan langsung buang muka. Ora dijawab blas babar pisan. Wedhuzzzzz gibazzz tenan. Asli cak….bener-bener kecewa saat itu. Lha dihormati koq nggak mau. Cukup sulit memang kita beradaptasi dengan gaya perkotaan yang cenderung cuek serta ora urus wong liyo. Opo maneh kalau mereka tahu kita dari desa…wong ndeso mengadu nasib dikota. Biasanya meremehkan. Walau tidak semua demikian. Banyak teman IWB asli orang kota juga respect dengan lainnya. Tapi memang masih banyak yang pongah meremehkan wong ndeso…..

“ Saya berasal dari Kendal mz…” seru Bejo dengan logat medok kental Jowo. Pemuda yang ternyata sudah tinggal di Jakarta selama dua tahun ini tetap malu-malu. Iki jiann langka. Dua tahun tapi masih Jowo banget. Hebatnya…Bejo sangat menguasai pekerjaannya. Tidak heran doi dipercaya menjadi kepala bengkel oleh bosnya. Berarti hebat pakde. “Sampeyan berarti hebat. Dipercaya bos langsung. Pertahankan itu dengan kerja jujur serta rajin...” tukas IWB. Doi menggangguk. “Terima kasih mz. Cuma saya masih susah kalau ngomong sama orang. Neranginnya nggak pinter.…” serunya lagi malu-malu….

Memang, IWB harus mencerna bolak-balik keterangan bejo ini. Secara kadang membingungkan. Tapi IWB tahu poin yang dimaksud. Dan saking jujurnya…kadang kita mendapatkan jawaban yang malah terkesan ngambang. Contohnya ki cak…“Valve body maticnya sudah saya bersihin dan reset ulang mz. Semoga saja bisa lebih enak…” tukasnya membuat IWB mengerutkan dahi. Lho…bayar berjuta-juta koq ngomongnya semoga lebih enak. ” Udah dites to kang?” timpal IWB. “Udah mz….udah. Sudah alus sekarang perpindahan giginya…” jawabnya lagi….

” Berarti jangan pakai semoga. Tapi kalimatnya bisa sampeyan rubah….sudah dibersihin dan reset ulang, sekarang normal alus kembali. Kalau ada masalah bawa aja kesini lagi….gitu cak bejo. Kita konsumen dengernya langsung angler pengen turu saking nyamannya. Sebab kalau “semoga” kesannya ngambang walau sebenarnya nggak ada yang salah. Ngono cak…” celetuk IWB terkekeh. Bejo tersipu malu. Itulah permainan kata ala wong kota walau sebenarnya….kalimat Bejo lebih lurus dan apa adanya. Semoga adalah bentuk doa dan harapan kepada sang khalik setelah kita berusaha….

Kecenderungan wong ndeso minder saat?ketemu wong kota memang sering kita temui. Sebuah perasaan yang sebenarnya tidak perlu kita pelihara. Lha nyapo cak, podo mangan segone…sama-sama makan nasi dan minum air putih. Percayalah…justru wong ndeso rata-rata memiliki jiwa dan fighting spirit lebih gigih…mayoritas demikian. Sorry ora bermaksud mengecilkan wong kota. Tapi berdasarkan pengalaman secara random emang begitu.?Kendati ada juga yang asli ndeso seperti ogah menerima kendesoannya dengan cara akting bak orang kota…

Baik cara berpakaian, gaya hidup serta tutur kata setelah hidup dikota langsung berubah total. Ada lho teman IWB dari Tulungagung kuliah di Bandung balik-balik nggak mau boso Jowo ama teman. Pakai boso Indonesia dengan aksen “Gue” medhok. “Gue nggak suka kesana. Gue maunya disini aja..“serunya jiannn bikin kaku weteng. Gue bathukmu amoh wkwkwk. Dilalah yang disindir tetap kekeuh dan bangga dengan perubahan kotanya walau maksa. Ono-ono wae cak-cak…..

Singkat cerita, Bejo akhirnya ngetes bareng Carli J bersama?IWB. Didalam mobil kita banyak ngobrol tentang wong urip. Yup…Bejo ternyata hanya tidur dibengkel dan tidak memiliki tempat tinggal. Doi diambil dari SMK Kendal lalu dan langsung mengadu nasib kerja di Jakarta. Jadi emang nggak merasakan bangku kuliah kangbro. IWB berikan nasihat pada doi untuk sabar dalam bekerja, jujur nomer satu serta tidak banyak pamrih. Konsisten dan terus belajar akan membuat doi matang dengan sendirinya. “Gusti Allah ora merem cak. Sampeyan tekun insyaallah rejeki mengiringi. Ojo lali zakat 2,5 % wajib karena bukan hak kita…” celetuk IWB membagikan pengalaman urip. Bejo mengangguk serius seraya mengucapkan terima kasih….

Last…banggalah jadi wong ndeso dan jangan ditutupin karena sejatinya?wong ndeso memiliki kelebihan sendiri sebagai sosok yang sederhana dan gigih. IWB sendiri hingga detik ini tetap bangga dan mempertahankan diri sebagai Blogger apa adanya. Lawong trah wong ndeso terus arep nyapo?. Kendati KTP sudah berganti menjadi warga ibukota sejak 1999…..darah IWB tetaplah sama yakni anak dari Desa Banaran kec. Kauman Kabupaten Tulungagung Jawa Timur. Fakta yang tidak akan pernah berubah sampai kapanpun. So buat wong ndeso??. Sampeyan satu perguruan dengan IWB. Ora usah minder dan berjuanglah yang gigih demi masa depan. Dan yang penting…ojo lali karo emak mbokmu. Mengko sugih duit sampeyan lali. Lek kuwi sampeyan jaluk ditungkak bathuk e tenan. Selamat berjuang pakdeeee !!!?….(iwb)